Sahabatku pUnkmore

Sahabatku pUnkmore
saHabat untuk sLamanya

Senin, 31 Oktober 2011

Penyebab Kanker Paru Paru Di Sekitar KIta

Text Out Text In Print

Finroll.com - Kanker paru adalah kanker yang berawal dari paru-paru, bukan yang menyebar ke paru-paru. Di Amerika Serikat sendiri, menurut the American Cancer Society, pada tahun 2006 terdapat 174.470 kasus baru kanker paru. Dari jumlah tersebut, 92.700 diantaranya dialami oleh pria. Kanker paru sendiri ditenggarai menjadi penyebab 28 % kematian akibat kanker di Amerika.

Kanker paru sangat mematikan & angka harapan hidupnya juga rendah. Diperkirakan di Amerika Serikat, hanya terdapat 330.000 survival kanker paru jangka panjang. Setidaknya 60 % dari pasien yang didagnosa kanker paru meninggal dalam waktu kurang dari 1 tahun & 75 % meninggal dalam waktu kurang dari 2 tahun.

Diagnosa dini kanker paru akan meningkatkan angka harapan hidup. Jika kanker paru telah ditemukan sebelum menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, maka angka harapan hidup selama 5 tahun adalah sebesar 49 %.

Penyebab Kanker Paru
Merokok merupakan penyebab utama dari kanker paru. Penelitian sejak tahun 1950 telah menunjukkan hasil tersebut. Rokok sendiri mengandung 4000 bahan kimia, yang banyak diantaranya telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker. Seseorang yang merokok lebih dari 1 bungkus sehari, mempunyai resiko untuk terkena kanker paru-paru sebanyak 20-25 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak. Ketika seseorang berhenti merokok, maka resikonya pun akan menurun & bahkan setelah 15 tahun berhenti merokok, resiko untuk terkena kanker paru-paru akan sama dengan mereka yang tidak pernah merokok.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, 90 % penyebab kanker paru-paru disebabkan oleh rokok. Sedangkan resiko untuk terkena kanker paru-paru pada perokok, berhubungan dengan hal seperti berikut :
  • Jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari.
  • Usia saat awal mulai merokok.
  • Lama merokok.
Berikut penyebab kanker paru selain rokok, seperti yang medicastore ambil dari emedicinehealth.com :
  • Perokok pasif. Diperkirakan 3000 kematian karena kanker paru yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, terjadi pada perokok pasif.
  • Polusi udara dari kendaraan bermotor, pabrik dll. Paparan polusi udara tersebut dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru. Dan para ahli juga sependapat bahwa terkena paparan polusi udara tersebut dalam jangka panjang juga mempunyai resiko yang sama untuk terkena kanker paru, seperti pada perokok pasif.
  • Paparan asbestos. Terkena paparan asbestos dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru sebesar 9 kali. Sedangkan kombinasi dari paparan asbestos & merokok dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru sebesar 50 kali.
  • Penyakit paru seperti TB (tuberculosis) & PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) juga dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru. Seseorang yang menderita PPOK mempunyai resiko 4-6 kali lebih besar untuk terkena kanker paru, meskipun tidak ada efek merokok (aktif & pasif).
  • Paparan radon. Radon adalah produk lain dari Radium, yang merupakan hasil dari uranium. Radon bisa terdapat udara. Resiko kanker paru akan meningkat bila terkena paparan radon dalam jangka panjang, meskipun belum diketahui angka sebenarnya. Sama seperti dengan paparan asbestos, perokok yang terkena paparan radon juga akan meningkat resikonya untuk terkena kanker paru.
  • Jenis pekerjaan tertentu yang rentan untuk terkena paparan arsenik, kromium, nikel, hidrokarbon aromatik & eter juga dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru.
Gejala & Penanganan Kanker Paru
Gejala kanker paru yang medicastore ambil dari netdoctor.co.uk adalah sebagai berikut :
  • Batuk kronis (batuk dalam waktu lama & berkepanjangan).
  • Sesak napas yang semakin memburuk.
  • Kehilangan berat badan.
  • Rasa Lelah yang berlebihan.
  • Adanya rasa nyeri yang sering dirasakan didaerah dada atau tempat lain (dapat disebabkan karena kanker sudah menyebar ke tulang).
Salah satu gejala signifikan adanya kanker paru adalah batuk darah atau disebut juga dengan haemoptysis. Hal ini dapat menjadi pertanda awal adanya kanker. Seseorang yang mengalami batuk darah, sebaiknya langsung konsultasi ke dokter untuk mengetahui penyebabnya, terlebih lagi bila ia seorang perokok yang berusia diatas 40 tahun.

Untuk penanganan kanker paru, biasanya dokter akan memberikan terapi berdasarkan beberapa faktor, seperti kondisi kesehatan keseluruhan, tingkat atau jenis stadium dari kankernya serta jenis terapi yang tersedia. Pilihan terapi yang dilakukan dapat terdiri dari satu atau lebih jenis terapi, termasuk diantaranya prosedur operasi, kemoterapi, radiasi atau menggunakan obat target.

Berikut adalah beberapa pilihan terapi kanker paru, yang medicastore ambil dari mayoclinic.com :

Stadium Terapi yang dilakukan
I                       Operasi, kadang kemoterapi
II                      Operasi, kemoterapi, radiasi
IIIA                   Kombinasi antara kemoterapi & radiasi, terkadang juga operasi
IIIB                   Kemoterapi, kadang radiasi
IV                     Kemoterapi, obat target, percobaan klinis, perawatan pendukung

Pencegahan Kanker Paru
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah terkena kanker paru, tetapi ada beberapa hal yang dapat membantu untuk mengurangi resiko terkena kanker paru, seperti berikut ini yang medicastore ambil dari mayoclinic.com :
  • Jangan merokok. Banyak perokok yang mulai merokok sejak usia remaja, oleh karena itu mulailah percakapan dengan anak anda mengenai rokok & bahayanya, sehingga dapat mengatasi tekanan dari teman sebayanya.
  • Bila sudah merokok, maka berhentilah merokok. Berhenti merokok akan mengurangi resiko untuk terkena kanker paru, bahkan bila sudah merokok dalam jangka waktu lama.
Hindari menjadi perokok pasif. Jika tinggal atau bekerja dengan seorang perokok, dorong mereka untuk berhenti merokok atau setidaknya  merokok di luar ruangan.Hindari terkena bahan yang dapat menyebabkan kanker di tempat kerja. Gunakan perlindungan yang disarankan saat bekerja dengan bahan kimia.
  • Konsumsi makanan yang kaya akan buah & sayuran. Sebaiknya hindari mengkonsumsi suplemen/vitamin sebagai pengganti buah & sayuran karena tidak mempunyai efek menyehatkan yang sama. Sebagai contoh, para peneliti mencoba mengurangi resiko kanker paru pada perokok berat dengan cara memberikan suplemen beta karoten, ternyata hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kanker pada perokok tersebut.
  • Hindari konsumsi alkohol, bila tidak, batasi konsumsinya. Untuk wanita sebaiknya tidak lebih dari 1 gelas perhari, sedangkan untuk pria tidak lebih dari 2 gelas sehari. Bagi yang sudah berusia diatas 65 tahun, sebaiknya batasi tidak lebih dari 1 gelas sehari.
  • Olahraga. Lakukan aktifitas fisik setidaknya 30 menit setiap hari. Dapat dimulai dengan perlahan baru kemudian ditingkatkan secara bertahap. Bersepeda, berenang & berjalan merupakan pilihan olahraga yang baik.(mediastore&dra)
    oLeh :
    Uswatun Hasanah
    10111546

Jumat, 21 Oktober 2011

FORMAT PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK

I. Biodata
  1. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan                    :
2. Tempat tgl lahir/usia                        :
3. Jenis kelamin                                   :
4. A g a m a                                         :
5. Pendidikan                                      :
6. Alamat                                            :
7. Tgl masuk                                        :
8. Tgl pengkajian                                 :
9. Diagnosa medik                              :
10. Rencana terapi                              :
  1. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a                                      :
b. U s i a                                        :
c. Pendidikan                                :
d. Pekerjaan/sumber penghasilan :
e. A g a m a                                   :
f. Alamat                                       :
2. Ibu
a. N a m a                                      :
b. U s i a                                        :
c. Pendidikan                                :
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e. Agama                                       :
f. Alamat                                       :
C. Identitas Saudara Kandung
No

N A M A

U S I A HUBUNGAN STATUS KESEHATAN





II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
III. Riwayat Kesehatan
  1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
  1. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
  1. Pemeriksaan kehamilan :                  kali
  2. Keluhan selama hamil : perdarahan              , PHS                , infeksi         , ngidam
Muntah-muntah               , demam              , perawatan selama hamil
c.   Riwayat : terkena sinar                              , terapi obat
d.   Kenaikan BB selama hamil                                Kg
e.   Imunisasi TT                     kali
f.    Golongan darah ibu                                             Golongan darah ayah
2. Natal
a,   Tempat melahirkan : RS                                         , Klinik                          , Rumah
b.   Lama dan jenis persalinan : spontan                  , forceps                      , operasi
lain-lain
c.   Penolong persalinan : dokter                         , bidan                          , dukun
d.   Cara untuk memudahkan persalinan : drips                       , obat perangsang
e.   Komplikasi waktu lahir : robek perineum                       , infeksi nifas
3. Post natal
a.   Kondisi bayi : BB lahir          gram, PB              cm
b.   Apakah anak mengalami : penyakit kuning                , kebiruan               , kemerahan ,
problem menyusui                , BB tidak stabil
(Untuk semua Usia)
¤  Penyakit yang pernah dialami : Batuk                         ,demam                        ,diare
kejang                         ,lain-lain
¤  Kecelakaan yang dialami : jatuh                         ,tenggelam                             ,lalu lintas
,keracunan
¤  Pernah : makanan                         , obat–obatan                          ,zat/subtansi kimia
textil
¤  Komsumsi obat-obatan bebas
¤  Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat                      , sama                       ,
cepat
  1. Riwayat Kesehatan Keluarga
¤  Penyakit anggota keluarga : alergi                    , asma                             , TBC                           ,
hipertensi                                 , penyakit jantung                                   , stroke                         ,
anemia                        , hemofilia                           , artritis                      , migrain
DM                          , kanker                            , jiwa
¤  Genogram
IV. Riwayat Immunisasi
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3. Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

V. Riwayat Tumbuh Kembang
  1. Pertumbuhan Fisik
  2. Berat badan  :
  3. Tinggi badan  ;
  4. Waktu tumbuh gigi                             bulan, Tanggal gigi                          tahun
  5. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
  1. Berguling     :
  2. Duduk          :
  3. Merangkap   :
  4. Berdiri          :
  5. berjalan         :
  6. Senyum kepada orang lain pertama kali :
  7. bicara pertama kali            :
  8. Berpakaian tanpa bantuan:
VI. Riwayat Nutrisi
  1. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis                                , terjadwal
3. Lama pemberian                                tahun
  1. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian    :
2. Jumlah pemberian   :
3. Cara pemberian       : dengan dot                         , sendok
  1. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
  1. 0 – 4 Bulan
  2. 4 – 12 Bulan
  3. Saat ini


VII. Riwayat Psikososial
¤ Apakah anak tinggal di : apartemen                  , rumah sendiri               , kontrak
¤ Lingkungan berada di : kota              , setengah kota                    , desa
¤ Apakah rumah dekat : sekolah             , ada tempat bermain              , punya kamar tidur sendiri
¤ Apakah ada tangga yang bisa berbahaya                        ,Apakah anak punya ruang bermain
¤ Hubungan antar anggota keluarga ; harmonis                    , berjauhan
¤ Pengasuh anak : Orang tua               , Baby sister              , pembantu         , nenek/kakek
VIII. Riwayat Spiritual
¤ Support sistem dalam keluarga :
¤ Kegiatan keagamaan :
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya                    , tidak
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas       , takut         ,Khawatir             , biasa
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya        , kadang-kadang         , tidak
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah           , Ibu     , Kakak            , Lain-lain
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ?
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ?
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : bosan   , Takut             , Senang          , Lain-lain
X. Aktivitas sehari-hari
  1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Selera makan
  2. Menu makan
  3. Frekuensi makan
  4. Makanan pantangan
  5. Pembatasan pola makan
  6. Cara makan
  7. Ritual saat makan


  1. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Jenis minuman
  2. Frekuensi minum
  3. Kebutuhan cairan
  4. Car pemenuhan


  1. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) : 1. Tempat pembuangan
  1. Frekuensi (waktu)
  2. Konsistensi
  3. Kesulitan
  4. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
  1. Tempat pembuangan
  2. Frekwensi
  3. Warna dan Bau
  4. Volume
  5. Kesulitan


  1. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Jam tidur
-          Siang
-          Malam
  1. Pola tidur
  2. Kebiasaan sebelum tidur
  3. Kesulitan tidur


  1. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Program olah raga
  2. Jenis dan frekuensi
  3. Kondisi setelah olah raga


  1. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
  1. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
  1. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
  1. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara


  1. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Kegiatan sehari-hari
2.   Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat Bantu aktifitas
  1. Kesulitan pergerakan tubuh


  1. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
  1. Perasaan saat sekolah
  2. Waktu luang
  3. Perasaan setelah rekreasi
  4. Waktu senggang klg
  5. Kegiatan hari libur


XI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Baik                             , Lemah                       , Sakit berat
B. Tanda-tanda vital
= S u h u          :
= N a d i          :
= Respirasi      :
= Tekanan darah :
C. Antropometri
= Tinggi Badan           :
= Berat Badan             :
= Lingkar lengan atas  :
= Lingkar kepala         :
= Lingkar dada           :
= Lingkar perut           :
= Skin fold                  :
D.  Sistem pernapasan
= Hidung : simetris     , pernapasan cuping hidung    , secret             , polip              , epistaksis
= Leher : pembesaran kelenjar                        , tumor
= Dada
¤ Bentuk dada normal         , barrel             , pigeon chest
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal
¤ Gerakan dada : simetris                , terdapat retraksi        , otot Bantu pernapasan
¤ Suara napas : VF               , Ronchi           , Wheezing      , Stridor           , Rales
= Apakah ada Clubbing finger :
E. Sistem Cardio Vaskuler
= Conjunctiva anemia/tidak, bibir pucat/cyanosis                  , arteri carotis : kuat/lemah
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
= Ukuran jantung : Normal                 , membesar                  , IC/apex
= Suara jantung : S1 , S2 , Bising aorta               , Murmur         , gallop
= Capillary Refilling Time                  detik
F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab            , kering            , pecah-pecah              , labio skizis
= Mulut : Stomatitis    , palato skizis       , Jml gigi        , Kemampuan menelan : baik     /sulit
=Gaster : kembung      , nyeri              ,gerakan peristaltic
= Abdomen : Hati : teraba      , lien    , ginjal             , faeces
=Anus : lecet               , haemoroid
  1. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata         , bulu mata                  , alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman             , perih dihidung           , trauma           , mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga                    , kanal auditoris : bersih          , serumen
- Fungsi pendengaran :
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi           , daya ingat                 , perhatian & perhitungan
Bahasa
b. Kesadaran : Eyes          , Motorik         , Verbal           , dengan GCS
c. Bicara ekspresif                                     , Resiptive
2. Fungsi cranial
a. N I
b. N II : Visus                   , lapang pandang
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata                    , pupil : isoskor            , anisokor
d. N V : Sensorik              , Motorik
e. N VII : Sensorik            , otonom                      , motorik
f. N VIII : Pendengaran                           , keseimbangan
g. N IX :
h. N X : Gerakan uvula                 , rangsang muntah/menelan
i. N XI : Sternocledomastoideus                          , trapesius
j. N XII : Gerakan lidah
3. Fungsi motorik : Massa otot           , tonus otot                  , kekuatan otot
4. Fungsi sensorik : Suhu        , Nyeri             , getaran          , posisi             , diskriminasi
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi                              , keseimbangan
6. Refleks : Bisep        , trisep             , patella            , babinski
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk                   , laseque sign               , Brudzinki I    /II
I. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala : Bentuk kepala                               , gerakan
2. Vertebrae : Scoliosis     , Lordosis    ,kyposis    ,gerakan    , ROM       ,Fungsi gerak
3. Pelvis : Gaya jalan               , gerakan          , ROM      , Trendelberg test       , Ortolani/Barlow
4. Lutut : Bengkak      , kaku      , gerakan           , Mc Murray test      , Ballotement test
5. Kaki : bengkak        , gerakan          , kemampuan jalan                  , tanda tarikan
6. Tangan : bengkak                , gerakan                      , ROM
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna                   , Mudah dicabut
= Kulit : Warna           , temperatur                 , kelembaban               , bulu kulit       , erupsi                            tai lalat  , ruam              , teksture
= Kuku : Warna          , permukaan kuku                    , mudah patah             , kebersihan
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid :
= Ekskresi urine berlebihan                 , poldipsi                     , poliphagi
= Suhu tubuh yang tidak seimbang                , keringat berlebihan
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut
L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebra                 , moon face                 , oedema anasarka
= Keadaan kandung kemih
= Nocturia                   , dysuria                      , kencing batu
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting          , aerola mammae         , besar
- Labia mayora & minora bersih                 , secret             , bau
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra                    , kebersihan
- Testis sudah turun
- Pertumbuhan rambut : kumis                   , janggut          , ketiak
- Pertumbuhan jakun                                  , perubahan suara
N. Sistem Imun
= Alergi (cuca             , debu              , bulu binatang                        , zat kimia                    )
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu             , urticaria         , lain-lain
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
A. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST
  1. Motorik kasar
  2. Motorik halus
  3. Bahasa
  4. Personal social
B. 6 tahun keatas
  1. Perkembangan kognitif
  2. Perkembangan Psikoseksual
  3. Perkembangan Psikososial
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
= Foto Rotgen
= CT Scan
= MRI, USG, EEG, ECG dll
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
UNTUK MENDAPATKAN FORMAT PENGKAIAJ PADA ANAK YANG LEBIH LENGKAP DAN TERTATA SILAHKAN KLIK DISINI
UNTUK MENDAPATKAN SEMUA ASKEP LENGKAP  KLIK

HIV

HIV AIDS


HIV AIDS
a. Pengertian
Aids adalah penyakit menular yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).
b. Pola penularan virus AIDS
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
c. Perjalanan dan gejala infeksi HIV/AIDS
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela.
Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.
Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun.
Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
Gejala:
* Lelah berkepanjangan
* Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
* Berat badan turun secara menyolok
* Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
* Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
* Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
* Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
d. Resiko tinggi yang rawan terhadap virus HIV/AIDS
Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada "kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.
e. Pencegahan
Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.
Evaluasi....
1. sebutkan 3 gejala aids ?
2. bagaimana cara mencegah aids ?
3. aids disebabkan oleh virus ?

oLeh :
Uswatun Hasanah
10111546

fraktur patella

Fraktur Patella


Fraktur Patella, MEDICAL, HOSPYTAL, EMERGENCY, MEDICINE

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISITerdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature.
Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella pextra merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut pada kaki kanan.

2. ETIOLOGI
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

3. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

4. KALSIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi raktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:
1) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.
2) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
b. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.
2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:
a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
c) Grade III : Luka sebesar 6-
8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.
c. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek
2) Transverse yaitu patah melintang
3) Longitudinal yaitu patah memanjang
4) Oblique yaitu garis patah miring
5) Spiral yaitu patah melingkar
d. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
1) Tidak ada dislokasi
2) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
a) Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
b) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
c) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
d) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.

5. GAMBARAN KUNIK
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
i. Defirmitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipouolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
k. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

6. KOMPLIKASI
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:
a. Shock
b. Infeksi
c. Nekrosis divaskuler
d. Cidera vaskuler dan saraf
e. Mal union
f. Borok akibat tekanan

7. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Jenis-jenis fraktur reduction yaitu:
a. Manipulasi atau close red
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.
b. Open reduksi
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
c. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:
1) Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
2) Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.
3) Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.

oLeh :
Uswatun Hasanah
10111546
KEJANG DEMAM
Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (rektal diatas 380 C) Merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan-4 tahun.
Patofisiologi
0C perubahan keseimbangan dari membran sel neuron difusi ion K+ dan ion Na+ melalui membran lepas muatan listrik keseluruh sel dan membran dengan bantuan neurotransmiter KEJANG.
KEJANG
Singkat lama
~tidak berbahaya dan <15 style=""> ~disertai apnea, O2 naik, . energi naik untuk kontraksi otot dan > 15 menit
~hipoksemia
~ hiperkapnia
~asidosislaktat
metabolisme otak terjadi kerusakan neuron otak kelainan anatomis diotak EPILEPSI
Manifestasi klinis
- 0C disebabkan infeksi diluar SSP, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis, dll.
- Serangan kejang terjadi dalam 24jam pertama sewaktu demam.
- Umumnya kejang berhenti sendiri.
- Setelah beberapa detik/menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan.
Diagnosa banding
Anak yang disertai kejang harus/perlu diwaspadai untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelaianan diotak, dan harus dipikirkan apa penyebab kejang itu dari dalam atau dari luarSSP. Kelaianan diotak biasanya karena infeksi, misalnya miningitis, ensefalitis,dll.
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian.
Resiko ang akan dihadapai oleh seorang anakn sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor:
  1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
  2. kelaianan dalam perkembangan atau kelaianan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
  3. Kejang berlangsung lama.
Penanggulangan
  1. Membrantas kejang secepat mungkin.
Bila perlu datang dalam keadaan status konulsifus, obat pilihan utama adalah diazapam yang diberikan secara intravena, keampuan deazepam untuk menekan kejang adalah, sekitar 80%-90%. Pemberian diazepam pada anak secara intravena sangat menyulitkan, cara yang mudah, sederjhana dan efektif melalui reletum.
  1. Pengobatan penunjang
- Pakaian yang ketat dilonggarkan.
- Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
- Mengusahakan jalan nafas ang besar.
- Pengisapan lendir secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian O2.
- Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
- Untuk mencegah terjadinya edema otak, diberikan kortikosteroid, yaitu dengan dosis 20-30 mg/Kg BB/hari dibagi 0,5-1 ampul setiap 6jam sampai keadaan membaik.
3. Pengobatan rumat (lanjutan)
Daya kerja deazepam sangat singkat yaitu antara 45-60 menit, oleh sebab itu harus diberikan obat antiepileptik denagn kerja lama misalnya fenobrbital atau definilhidantion.
Lanjutan engobatan rumat ini tergantung dari pada keadaan penderita, dinagi atas 2 bagian yaitu:
  1. Porfilaksis intermiten
Digunakan untuk mencegah terjadinya kejang dikemudian hari. Penderita diberi obatcampuran antikonvulsan (dosis 4-5 mg/Kg bb/hari) dan antipiretika (dosis 60mg/tahun/kali).
Prolaksis intermiten diberikan pada anak menderita kejang demam sederana yang sangat kecil sampai sekitar mur 4tahun.
  1. Profilaksis jangka panjang
Digunakan untuk mencegah terjadinya kejang dikemudian hari, diberikan pada keadaan:
  1. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
  2. Keadaan kejang demam yang mempunyaiciri:
    1. Gangguan perkembangan saraf.
    2. Kejang lebih dari 15menit.
    3. Terdapat riwayat kejang tanpa demam
    4. Terjadi kejang berulang.kejang demam pada bayi berumur dibawah 12 bulan.
Obat yang dipakai pada protikulasi jangka panjang ialah:
1. Fenobarital
Dosis 4-5 mg/kg bb/hari
Efek samping .hiperaktif dan perubahan sklus tidur (suka tidur)
2. Sodium valproat / asam valproat (epilin, depakene)
Dosis 20-30 mg/kg bb/hari dibagi dalam 3 dosis.
Efek samping , mual, kerusakan hepar dan pankreatitis.
3. Fenitoin (dilantin)
Diberikan sebagai pengganti fenobarbital.
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang baik yang sederhana maupun ag epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dqan otitis media akut.
- anak dengan kejang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan lumbal.
- Anak dengan kejang lama pemeriksaan infeksi yaitu pemriksaan fungsi lumbal,darah lengkap misalnya : gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen dan faal hati.
BAGAN MEMBRANTAS KEJANG
1. Segera diberikan diazeam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/kg bb
atau
diazepam rektal dosis <10 kg : 5mg retikol
bila kejang tidak berhenti >10kg: 10 mg retikol

OLeh :
Uswatun Hasanah
10111546

Asuhan Keperawatan klien dengan TB paru

Asuhan Keperawatan klien dengan TB Paru



Ditulis pada oleh iwansain
By Iwan, S.Kp
1. PengertianTuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis.
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

3. Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).

4. InsidenPenyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita dengan kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan BTA positif.

5. Anatomi dan Fisiologi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam. rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam. rongga hidung. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran.
Trachea atau batang tenggorok kira-kira
9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d
1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer. (2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi (3) reservoir darah (4) fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
5. PatofisiologiPort de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi mcajadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
6. Manifestasi KlinikTuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi:
a. DemamMerupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lainGejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe:
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk daraha. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif

2. Muntah daraha. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif

3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi

6. Test DiagnostikFoto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-lain.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.
Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia.

8. KlasifikasiKlasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
2. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

9. Penanganan MedikTujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
  1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
  2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
  3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
  4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
  5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
B. PROSES KEPERAWATAN1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
1. Riwayat PerjalananPenyakita. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40
-410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. RespirasiSubjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi:
a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

5. Faktor Pendukung:a. Riwayat lingkungan.
b. Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

6. Pemeriksaan Diagnostik:a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-
15 mm terjadi 48-72 jam).
c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
4. Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi:a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan

f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.

g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

h. Bantu inkubasi darurat bila perlu.Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut.
2. Gangguan pertukaran gas
Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensia. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.

c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.

d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
e. Monitor GDA.
Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi.

f. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
Tujuan:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi
a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.

b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.

c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk.
Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.

d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan.Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.
e. Monitor temperatur.
Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.

f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.
Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.

g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.
Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama.

i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin.
Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.

j. Monitor sputum BTA
Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan:
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi:a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.

b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.
Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.

c. Monitor intake dan output secara periodik.
Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

e. Anjurkan bedrest.
Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.

f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.

g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.

i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat.

j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).
Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

k. Berikan antipiretik tepat.
Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.
Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensia. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.
Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien.

b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya.

c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat.
Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak.

d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.

e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.
Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.

f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah
Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi.

g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.
Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis

h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.
Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.

i. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.
Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.

j. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.
Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.

k. Anjurkan untuk berhenti merokok.
Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis.

l. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.
5. Evaluasi
a. Keefektifan bersihan jalan napas.
b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.
c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

Di kutip dari situs : http://iwansain.wordpress.com/2007/08/31/asuhan-keperawatan-klien-dengan-tb-paru/

oLeh :

Uswatun Hasanah

10111546