Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan
disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel
hewan yang terkena.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil
dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta
pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh
Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915 Inada
berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh
bakteri Leptospira icterohemorrhagiae
Gejala Leptospirosis dini umumnya adalah demam, sakit kepala parah,
nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru
gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah
ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Gejala kliknis
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari . Infeksi
Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang
tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi L.
interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan flu
ringan sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi
tidak bergejala tetapi serologis positif . Sekitar 90 persen penderita
jaundis ringan, sedangkan 5-10 persen jaundis berat yang sering dikenal
sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2
fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase
selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil
yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik
karena bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan
sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini, penderita akan
mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam,
kedinginan, dan kelemahanotot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan,
batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takutcahaya, gangguan
mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa
dan hati.
Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena
sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan
mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari darah atau cairan
serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang
terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.
Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi,
kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hatididapatkan
jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati.
Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernafas. Gangguan hematologi
berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali).
Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis
aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun.
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah
timbul jaundis. Pada 30 persen pasien terjadi diare atau kesulitan buang
air besar (konstipasi), muntah, lemah, dan kadang-kadang penurunan
nafsu makan. Kadang-kadang terjadi perdarahan di bawah kelopak mata dan
gangguan ginjal pada 50 persen pasien, dan gangguan paru-paru pada 20-70
persen pasien.
Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi. Sebanyak 83
persen penderita infeksi L. icterohaemorrhagiae mengalami ikterus, dan
30 persen pada L. pomona. Infeksi L. grippotyphosa umumnya menyebabkan
gangguan sistem pencernaan. Sedangkam L. pomonaatau L. canicola sering
menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis,
disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis
perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada
fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu. Kriteria penyakit Weil
tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru meliputi batuk,
kesulitan bernafas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Disfungsi
ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal .
Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal,
perdarahan dan kolap kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati
dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40 persen yang akan
meningkat pada lanjut usia.
Cara penularannya
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air
(water borne disease). Urin(air kencing) dari individu yang terserang
penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun
pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat
dalam airmenjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi
induk semang (host) yang baru.Hujan deras akan membantu penyebaran
penyakit ini, terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri memang tidak
mempengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung
proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Di
Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi
banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti
banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta
banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya
bakteri Leptospiraberkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir
kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka,
selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir
dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai
inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain
seperti sapi, kambing,domba, kuda, babi, anjing dapat terserang
Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari
penderita ke penderita dan tidak langsung melalui suatu media .
Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir
(mukosa) mata (konjungtiva) , kontak luka di kulit, mulut, cairan urin,
kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dari
manusia ke manusia jarang terjadi .
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia
dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas
kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian
Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja
pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira.
Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan karena
bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.
Cara pengobatannya
Kalau Anda terserang leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari
segalanya. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan
murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis.
Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap
streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis
antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat,
bahkan di Puskesmas sekali pun.
Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang
kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera
dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya
bakteri leptospira yang mematikan.
Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah,
dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi”
seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan
tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira,
dianggap cara mudah dan murah mencegah “mewabah”-nya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya
dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih . Selain terkena air kotor
, tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit
penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan kencing
hewan piaraan. Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet
sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas
kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau
eksim. Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau
membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.
Jumat, 12 Oktober 2012
Obesitas
Makanan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup. Karena makanan adalah sumber energi bagi kita untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Tetapi makan dapat menjadikan hal yang berbahaya bagi kita jika hal itu kita lakukan berlebihan. Sering kita mendengar kata obesitas.Obesitas, atau yang lebih dikenal dengan kegemukan, secara ilmiah adalah penimbunan lemak yang berlebihan daripada kebutuhan normal tubuh. Tetapi, permasalahan obesitas ini tak hanya dialami kaum perempuan. Kaum lelaki pun banyak yang berhadapan dengan permasalahan ini. Memiliki tubuh ramping, langsing, dan sempurna tak lagi dambaan kaum perempuan semata. Keinginan tampil sempurna menjadi impian setiap orang.
Sesungguhnya obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese), yang mana kondisi ini disebabkan adanya penumpukan jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh (adipocytes). Dengan kata lain, obesitas adalah keadaan di mana seseorang memiliki berat badan lebih berat jika dibandingkan dengan berat idealnya.
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
- Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
- Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
- Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti denganmakan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
- Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
- Obat-obatan. Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
- Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
- Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Dalam perbandingan normal antara lemak tubuh dan berat badan, pria memiliki kadar yang berkisar 18-23%. Sedangkan wanita berkisar 25-30%. Ini menunjukkan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang lebih banyak daripada lelaki.
Untuk mengatasi obesitas, bisa dilakukan dengan cara mengubah pola makan atau yang biasanya dikenal dengan diet dan melakukan olahraga yang teratur. Tetapi, sebaiknya hal itu dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Kenapa? Hal itu diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Terkadang, dalam melakukan diet dan olahraga tersebut, seseorang memerlukan obat untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru itu.
Obesitas
Makanan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup. Karena makanan adalah sumber energi bagi kita untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Tetapi makan dapat menjadikan hal yang berbahaya bagi kita jika hal itu kita lakukan berlebihan. Sering kita mendengar kata obesitas.Obesitas, atau yang lebih dikenal dengan kegemukan, secara ilmiah adalah penimbunan lemak yang berlebihan daripada kebutuhan normal tubuh. Tetapi, permasalahan obesitas ini tak hanya dialami kaum perempuan. Kaum lelaki pun banyak yang berhadapan dengan permasalahan ini. Memiliki tubuh ramping, langsing, dan sempurna tak lagi dambaan kaum perempuan semata. Keinginan tampil sempurna menjadi impian setiap orang.
Sesungguhnya obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese), yang mana kondisi ini disebabkan adanya penumpukan jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh (adipocytes). Dengan kata lain, obesitas adalah keadaan di mana seseorang memiliki berat badan lebih berat jika dibandingkan dengan berat idealnya.
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
- Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
- Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
- Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti denganmakan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
- Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
- Obat-obatan. Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
- Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
- Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Dalam perbandingan normal antara lemak tubuh dan berat badan, pria memiliki kadar yang berkisar 18-23%. Sedangkan wanita berkisar 25-30%. Ini menunjukkan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang lebih banyak daripada lelaki.
Untuk mengatasi obesitas, bisa dilakukan dengan cara mengubah pola makan atau yang biasanya dikenal dengan diet dan melakukan olahraga yang teratur. Tetapi, sebaiknya hal itu dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Kenapa? Hal itu diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Terkadang, dalam melakukan diet dan olahraga tersebut, seseorang memerlukan obat untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru itu.
Hati adalah organ terbesar kedua di dalam tubuh. Itu di
bagian atas rongga abdominal dan di sebelah kanan bawah diafragma
sehingga dilindungi oleh ribs. Beratnya mencapai 3 pon dan dibagi
menjadi lobes utama, kanan dan kiri.
Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati
(liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Penyebab hepatitis
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari
kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa
terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa,
demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus
yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Hepatitis karena virus
Hepatitis A. Penyakit ini sering pula dikenal dengan penyakit kuning.
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan
gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa
lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu
makan.
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang pernah terinfeksi hepatitis A jika sembuh akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang pernah terinfeksi hepatitis A jika sembuh akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
Hepatitis B.
Gejala
mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat
melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan
gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine,
serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang
diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan
efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan
risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis C.
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita “penyakit hati alkoholik” seringkali menderita hepatitis C.
Hepatitis D.
Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis E.
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Hepatitis F. Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Hepatitis G. Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
- Virus Mumps
- Virus Rubella
- Virus Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- Virus Herpes
Pengobatannya
Hati harus berfungsi dengan baik agar dapat menguraikan sebagian
besar obat. Obat yang tidak menyebabkan gangguan apa pun pada waktu hati
kita sehat dapat membuat kita sakit berat bila kita mengalami
hepatitis. Ini juga berlaku untuk alkohol, aspirin, jamu-jamuan, dan
narkoba. Sebaiknya kita memberi tahu dokter mengenai semua obat, jamu
atau pun suplemen yang kita pakai.
Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati hepatitis berinteraksi
dengan ARV. Dokter kita harus memperhatikan semua obat yang kita pakai.
Batu Ginjal
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis)Gejala batu ginjal
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
Cara pengobatan dan pencegahan
Karena 90% dari batu ginjal berdiameter kurang dari 5 mm, biasanya cukup diberi air rebusan dari tumbuhan Desmodium stryracifulium dan diberi minum 6 – 8 gelas air per hari, diberi antibiotika untuk mencegah infeksi, serta obat pengurang rasa sakit. Pada umumnya batu akan keluar dalam waktu 5 – 10 hari.
Apabila batu terlalu besar untuk dikeluarkan secara alamiah, operasi dapat dikerjakan. Apabila batu berada di ureter, sistoskopi dapat digunakan melalui uretra dan batu dimanipulasi dengan kateter. Pengeluaran batu dari daerah lainnya (pada calix dan pelvis) memerlukan operasi dari samping atau perut bagian bawah. Prosedur yang disebut percutaneus ultrasonic lithotripsy dan extracorporeal shock wave lithotripsy akan memecah batu ginjal menjadi fragmen kecil-kecil, sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah atau dengan pengisapan.
Untuk pencegahan batu ginjal, sebaiknya sering minum air rebusan tumbuhan Desmodium stryracifolium, atau dianjurkan mengurangi makan kalsium, diberi obat untuk mencegah pembentukan batu asam urat, dan vitamin C yang memberi keasaman kepada urine. Apabila kelenjar paratiroid juga termasuk penyebabnya, dokter akan merekomendasi tindakan paratiroidektomi (kelenjar paratiroid diangkat).
Prognosisnya: batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang hebat, tapi biasanya setelah dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen. Memang sering terjadi kambuh lagi, terutama bila tidak didapatkan penyebabnya dan diobati.
Komplikasinya:
1. Timbul kembali batu ginjal.
2. Infeksi saluran urine.
3. Penyumbatan pada ureter.
4. Kerusakan sebagian jaringan ginjal.
5. Menurunnya atau hilangnya fungsi ginjal yang terkena.
Kanker Usus Besar
Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker pada usus, anal dan usus buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di dunia Barat. Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun. Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma pada usus dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama. Perkembangan polip tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Terapi untuk kanker ini biasanya melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan kemoterapi.Penyebab Kanker Usus besar belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan merokok.
Dalam buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3 kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian kanker usus besar dianjurkan untuk tidak merokok. Mengenai gejala kanker usus besar, beberapa hal yang kerap dikeluhkan para penderita, yaitu:
Pertama, perdarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar. Kedua, perubahan pada fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari enam minggu. Ketiga, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Keempat, rasa sakit di perut atau bagian belakang. Kelima, perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar. Keenam, rasa lelah yang terus-menerus Ketujuh, kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.
Untuk menangani kanker usus besar, terapi bedah merupakan cara yang paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. Tetapi, dengan berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.
Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral atau tablet (Capacitabine). Ketersediaan capacitabine tablet memungkinkan pasien untuk menjalani kemoterapi di rumah yang tentu saja efektivitasnya lebih baik. Capacitabine juga merupakan kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker.
Jurus Menangkal Kanker Usus Besar
Mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus besar. Agar tak sampai terjamah penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Simak tips pencegahan dari dokter Adil S Pasaribu SpB KBD berikut ini.
Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat. Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium. Disarankan pula suplementasi vitamin E, dan D. Makanlah buah dan sayuran setiap hari. Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 – 25,0 kg/m2 sepanjang hidup. Lakukanlah aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari. Lalu, hindari kebiasaan merokok. Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip. Terakhir, lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.
Serangan Jantung
Setiap mahluk hidup memiliki alat untuk peredaran darahnya. Alat itu sering kita sebut dengan jantung. Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu “pengatur irama”. Ini terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek – kira-kira 0,4 detik – yang disebutdiastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinotrialus menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung beirama yang disebut denyut jantung.Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya pasokan darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner ter blokade selama beberapa saat, entah akibat spasme – mengencangnya nadi koroner – atau akibar pergumpalan darah -thrombus. Bagian otot jantung yang biasanya di pasok oleh nadi yang terblokade berhenti berfungsi dengan baik segera setelah splasmereda dengan sendirinya, gejala-gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara betul-betul normal lagi. Ini sering disebutcrescendo angina atau coronary insufficiency. Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam beberapa jam saja dan bagian otot jantung termaksud mengalami penurunan mutu atau rusak secara permanen. Otot yang mati ini disebut infark.
Beberapa gejala serangan jantung, antara lain:
- Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
- Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
- Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
- Palpitasi. Jantung berdebar-debar
- Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
Beberapa faktor penyebab seramgan jantung:
- Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit jantung.
- Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat operasi). Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami menopouse.
- Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung didalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
- Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
- Merokok. Resiko penyakit jantung drai merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan – jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
- Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab penyakit jantung – dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil.
- Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.
AIDS
“Acquired Immune Deficiency Syndrome” ataupun Sindrom Kurang Daya Tahan Melawan Penyakit.Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah .
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
Cara Penyabaran penyakit AIDS:
- Perhubungan seks tanpa kondom
- Transfusi darah yang tercemar
- Jarum suntik yang tercemar
- Infeksi pada bayi dan anak pada ibu yang mengidap HIV
-. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
-. Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap jarum suntik yang diulang
-. Dengan formula A-B-C :
Rabu, 10 Oktober 2012
1. Definisi
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
3. Prosedur
A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
E. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang
Referensi
• Widjoseno Gardjito,Urologi, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
• Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD Dr. Soetomo. 1996.
• Advanced Trauma Life Support Program Untuk Dokter, Cedera Kepala, Committee on Trauma American College of Surgeons, Terjemahan Komisi Trauma IKABI, 1997
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
3. Prosedur
A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
E. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang
Referensi
• Widjoseno Gardjito,Urologi, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
• Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD Dr. Soetomo. 1996.
• Advanced Trauma Life Support Program Untuk Dokter, Cedera Kepala, Committee on Trauma American College of Surgeons, Terjemahan Komisi Trauma IKABI, 1997
PEMERIKSAAN FISIK ANTENATAL CARE (ANC), PROSES PERSALINAN, PEMERIKSAAN FISIK BBL, PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM
A. PEMERIKSAAN FISIK ANTENATAL CARE (ANC)
Definisi
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
(pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care)
(pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care)
Ante Natal Care
adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal,
ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52).
Pelayanan antenatal.
Pelayanan
antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard
minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan,
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur
tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama
masa kehamilan.
Tujuan:
1. menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2. memantau
kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3. menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Status generalis / pemeriksaan umum.
Penilaian
keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan risiko
tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan 75 kg. Batas
hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih
bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta). Kepala ada/tidaknya nyeri
kepala (anaemic headache nyeri frontal, hypertensive / tension headache
nyeri suboksipital berdenyut). Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera
ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetric
Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata).
Palpasi
: tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada
kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os
pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
· Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan kedua telapak tangan.
· Leopold II
Kedua
telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau
mungkin bagian keras bulat (kepala) janin.
· Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
· Leopold IV
Kedua
tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki
pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah
bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya
dinyatakan dengan satuan x/5) Jika memungkinkan dalam palpasi
diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan
juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm, perkiraan berat janin
dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec yaitu : tinggi fundus (cm) -
(12/13/14)) x 155 gram. Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau
alat Doppler yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung
frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan
dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya
pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung
seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi denyut jantung janin
normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi menunjukkan adanya
reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress),
sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress
pada janin (fetal distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi
luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka /
perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua
jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan
spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat
spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal
kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu
dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan
ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan
dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan
lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan
dari vagina.
Genitalia interna
Palpasi
: colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan dan
bimanual dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan
konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa
ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan. Ditentukan
bagian terbawah (JANGAN LUPA, SELALU PALPASI BIMANUAL PADA PEMERIKSAAN
VAGINAL !!!!)
Pada
pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri
klinik untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi
fetopelvik/sefalopelvik.
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
1. perdarahan
per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya
plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat
(hanya boleh dilakukan di meja operasi, dilakukan dengan cara perabaan
fornices dengan sangat hati-hati).
2. ketuban
pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi
(korioamnionitis). Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak
dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi.
Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan
obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas
34-36 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin,
penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik
untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan
lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan
lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk
eksplorasi.
Pemeriksaan rektal (rektal touché) : dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan lanjutan
Jadwal kunjungan
Idealnya
seperti di atas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan, 29-36 minggu
setiap 2 minggu sekali dan di atas 36 minggu setiap minggu sekali).
Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa :
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
2. Terhadap
janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak
janin, denyut jantung janin, aktifitas janin, perkiraan volume cairan
amnion dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan USG).
Laboratorium
Jika
terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai
mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal,
diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula
darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan
minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional.
Lain-lain
Pelvimetri
radiologik (akhir trimester 3), jika diperlukan, untuk perhitungan
jalan lahir. Pada trimester 3 akhir, pembentukan dan pematangan organ
janin sudah hampir selesai, sehingga kemungkinan mutasi / karsinogen
jauh lebih kecil dibandingkan pada trimester pertama / kedua. Tetap
harus digunakan dosis radiasi sekecil-kecilnya. Ultrasonografi (USG)
tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi yang
digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi,
resolusi yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam,
karena itu harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Nasehat untuk perawatan umum / sehari–hari
Aktifitas fisik
Dapat
seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat
minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak
ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi.
Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang,
dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
Bepergian dengan pesawat udara
Tidak
perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena
tidak membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal
penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa.
Mandi dan cara berpakaian
Mandi
cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak
dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain
itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli
udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang
memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
Sanggama / coitus
Dapat
seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari
kemaluan, harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus
sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di
mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi
yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai
dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal
persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus. Pada
beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal,
keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan
pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar,
penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan.
Perawatan mammae dan abdomen
Jika
terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan
pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan
berlebihan.
Hewan piaraan
Hewan
piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung,
dapat mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
Merokok / minuman keras / obat-obatan
Harus
dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan,
nifas dan menyusui selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.)
mendepresi sirkulasi janin dan menekan perkembangan susunan saraf pusat
pada janin.
Gizi / nutrisi.
Makanan
sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu
hamil (detail cari/baca sendiri ya). Untuk pencegahan anemia defisiensi,
diberi tambahan vitamin dan tablet Fe.
B. PROSES PERSALINAN
Persalinan
merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling
mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang
selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul
terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan
khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang
menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah
perjuangan yang cukup melelahkan. Ada baiknya para calon ibu mengetahui
proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu
dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini.
Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :
1. Kala I : Tahap Pembukaan
In
partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika
serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
· Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
· Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.
2. Kala II : Tahap Pengeluaran Bayi
Pada
kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin
mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah
antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah
kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan merasakan tekanan yang
kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi bila
dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah
perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan
mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi.
3. Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta
Dimulai setelah bayi lahir,
dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan plasenta
berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim,
plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah
plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah
dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila
tindakan episiotomi dilakukan
4. Kala IV; Tahap Pengawasan
Tahap
ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu
masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal
dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya
plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan
sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran
menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya
kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat
dilakukan tindakan secepatnya.
LUKA Pada Vagina dan Leher Rahim Pada Proses Persalinan Normal
Kadang-kadang
saja terjadinya, yaitu adanya luka atau robekan pada vagina dan atau
leher rahim, yang kecil atau yang besar. Tandanya adanya pendarahan yang
berlebihan walaupun mungkin kejadian ini akan terlihat oleh dokter
setelah persalinan. Umumnya semua luka yang panjangnya lebih dari dua
sentimeter atau yang terus mengeluarkan darah banyak akan dijahit. Bila
selama persalinan tidak digunakan anastesi maka akan diberikan anestesi
lokal sebelum penjahitan.
Pendarahan Pasca Lahir
Pendarahan
terjadi pasca persalinan itu adalah pendarahan yang berat dan serius
walaupun ini jarang terjadi namun harus segera dirawat. Umumnya tidak
ada dampak yang serius jika cepat ditangani. Pendarahan yang berlebihan
dapat terjadi bila rahim terlalu lemas dan tidak mengkerut akibat proses
persalinan yang lama dan melelahkan. Persalinan yang traumatik, rahim
yang pernah mengembang terlalu besar karena mengandung janin yang
terlalu besar atau cairan amnion yang terlalu banyak, bentuk plasenta
yang tidak normal atau yang mengalami pemisahan terlalu dini, adanya
fibroid sehingga mengganggu terjadinya kontraksi simetris pada rahim
atau kondisi umum ibu yang lemah keika persalinan.
Pendarahan
yang berlebihan dapat timbul segera setelah persalinan karena luka yang
tidak diperbaiki pada rahim, leher rahim, vagina atau tempat lain di
pinggul atau karena rahim robek atau rahim terbalik. Dapat pula
pendarahan timbul satu atau dua minggu setelah persalinan jika sisa-sisa
plasenta masih tertinggal pada rahim. Infeksi juga dapat menyebabkan
pendarahan pasca lahir segera atau berminggu-minggu kemudian. Pendarahan
pasca lahir lebih sering terjadi pada wanita yang pernah mengalami
plasenta previa atau pecahnya plasenta sebelum persalinan. Jarang
terjadi penyebab pendarahan pada ibu yang sebelumnya tidak terdiagnosa
atau disebabkan oleh penggunaan aspirin atau obat lain yang dapat
mengganggu pembekuan darah.
Pendarahan
yang tidak normal pasca persalinan yaitu pendarahan yang membasahi
pembalut wanita dalam waktu satu jam, selama beberapa jam atau warna
darah yang masih menyala setelah hari keempat pasca kelahiran, terutama
jika pendarahan tidak melambat jika anda beristirahat, berbau busuk,
gumpalan darah yang besar, nyeri dan atau pembengkakan di perut bagian
bawah setelah lewat hari-hari pertama pasca lahir.
Jika
sudah terjadi hal-hal yang tersebut di atas sebagian ataupun
keseluruhan maka harus segera dilakukan tindakan medis sesuai penyebab
pendarahan. Dokter akan mencoba beberapa cara untuk menghentikan
pendarahan di antaranya: pemijatan pada rahim untuk membantu rahim agar
berkontraksi, pemberian obat-obatan untuk membantu kontraksi rahim,
mencari dan memperbaiki luka, mengeluarkan sisa plasenta. Jika
pendarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan cara selanjutnya yaitu
menginfus dan bila perlu transfusi darah. Bila sebabnya gangguan dalam
pembekuan darah maka diberikan obat pembekuan darah dan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Kadang-kadang pembalut dimasukkan ke dalam rahim
selama 6-24 jam untuk menghentikan pendarahan atau bila perlu dilakukan
pengikatan pada pembuluh darah besar di rahim. Bila usaha yang dilakukan
semuanya belum berhasil kemungkinan terburuk rahim akan diangkat.
Akan tetapi umumnya pendarahan pasca lahir dapat berhasil dengan baik dan ibu akan pulih dengan segera.
Infeksi Pasca Lahir
Adalah
infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi pada
wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami
persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir
yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu
infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah
lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar,
setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang
terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di
dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim,
vagina atau vulva.
Tanda
dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar
dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada
endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri
tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri
pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang
tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka
dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan
pemeriksaan.
Untuk
mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus
segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula
dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat
diberikan antibiotik yang tepat.
Terbaliknya Rahim
Setelah
kelahiran bayi, ada proses persalinan yang kadang-kadang plasenta tidak
seluruhnya terkelupas dan ketika muncul, ia menarik fundus atau bagian
puncak rahim ikut bersamanya, akibatnya rahim akan membalik seperti kaos
kaki yang terbalik. Gejala terbaliknya rahim adalah perdarahan yang
berlebihan dan kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok pada ibu. ketika
menekan perut ke bawah, dokter tidak dapat merasakan adanya rahim dan
pada pembalikan rahim yang lengkap sebagian dari rahim akan dapat
terlihat di vagina.
Wanita
yang beresiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun resiko ini tetap
masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya telah sering
melahirkan atau mengalami proses awal persalinan (labor) yang terlalu
lama lebih dari 24 jam, mereka yang plasentanya tertanam melewati bagian
puncak rahim (fundus) atau tertanam pada tempat yang tidak normal, dan
mereka yang mendapatkan magnesium sulfat selama proses awal persalinan.
Rahim juga dapat membalik ketika ia terlalu lemas atau bila fundus tidak
diam di tempatnya ketika plasenta dikeluarkan pada tahap kelahiran
ketiga.
Pada
umumnya rahim dapat dikembalikan ketempatnya dengan tangan walaupun
kadang digunakan teknik lain. Mungkin diperlukan pemberian cairan
intravena dan transfusi darah bila terjadi pendarahan yang berat.
Obat-obatan misalnya magnesim sulfat dapat diberikan untuk membantu
melumaskan rahim sehingga dapat dikembalikan ke tempatnya. bila terdapat
sisa-sisa plasenta yang terdapat dalam rahim mereka dapat dikeluarkan
sebelum atau sesudah rahim dikembalikan ke tempatnya. Pada kasus yang
jarang terjadi, rahim tidak dapat dikembalikan ke tempatnya dengan
tangan dan memerlukan pembedahan pada perut. setelah penempatan kembali,
biasanya perut akan terus ditekan agar rahim tetap berada pada
tempatnya dan diberikan eksitosin atau obat lain untuk membuatnya
kencang dan tidak membalik kembali. Mungkin juga akan diberikan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan
ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari
normal.
Pengkajian
ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang
diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak
kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
Pastikan pencahayaan baik
Periksa
apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan
segera selimuti kembali dengan cepat
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
- kapas
- senter
- termometer
- stetoskop
- selimut bayi
- bengkok
- timbangan bayi
- pita ukur/metlin
- pengukur panjang badan
PROSEDUR
- Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
- Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
- Susunalat secara ergonomis
- Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
- Memakai sarung tangan
- Letakkan bayi pada tempat yang rata
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
1. Penimbangan berat badan
Letakkan
kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus
bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan
bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit
dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan
yang tidak lentur
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada ( pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Ø Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala,
sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi
akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel
anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Ø Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Ø Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
2. Wajah
wajah
harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang
khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
3. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Ø Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Ø Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Ø Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Ø Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
Ø Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Ø Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Ø Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
4. Hidung
Ø Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Ø Bayi
harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Ø Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
Ø Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan
5. Mulut
Ø Perhatikan
mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Ø Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
Ø Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
Ø Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi
Ø Periksa
lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
6. Telinga
Ø Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Ø Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Ø Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Ø Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Ø Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
7. Leher
Ø Leher
bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher
Ø Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Ø Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Ø Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
8. Klavikula
Raba
seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang
lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan
adanya fraktur
9. Tangan
Ø Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
Ø Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
Ø Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Ø Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Ø Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
10. Dada
Ø Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas
perlu diperhatikan
Ø Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Ø Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11. Abdomen
Ø Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Ø Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Ø Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Ø Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten
12. Genetalia
Ø Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Ø Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Ø Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Ø Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Ø Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Ø Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
13. Anus dan rectum
Periksa
adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya. Mekonium secara umum
keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan
adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
14. Tungkai
Ø Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
Ø Kedua
tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Ø Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki
15. Spinal
Periksa
spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra
16. Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Ø Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Ø Periksa adanya pembekakan
Ø Perhatinan adanya vernik kaseosa
Ø Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
17. jelaskan pada ibu atau kelurga tentang hasil pemeriksaan
18. Rapikan bayi
19. Bereskan alat
20. Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN FISIK POSTPARTUM
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
4. Breast
: Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran
kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen
: teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus
uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
: Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10
hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)