BAB II
TINJUAN TEORITIS
I. PENGERTIAN
• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi
atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
• Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)
dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
II. TIPE GAGAL NAFAS
1. Gagal Nafas Hipoksemia:
Beberapa mekanisme yang menyebabkan hipoksemia dapat bekerja secara sendiri atau bersama-sama.
a. Tekanan partial O2 yang dihirup (PIO2) menurun. Terjadi pada tempat
yang tinggi (high altitude) sebagai respons menurunnya tekanan
barometer, inhalasi gas toksik atau dekat api kebakaran yang
mengkonsumsi O2.
b. Hipoventilasi. Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun.
Bila pertukaran gas intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai
dengan menurunnya PAO2.
c. Gangguan Difusi. Akibat pemisahan fisik gas dan darah (pada penyakit
paru interstisial) atau menurunnya waktu transit eritrosit sewaktu
melalui kapiler.
d. Ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi/perfusi (V/Q) regional.
Keadaan ini selalu menyebabkan keadaan hipoksemia yang berarti dalam
klinik. Unit paru yang ventilasinya jelek ketimbang perfusinya
menyebabkan desaturasi, yang efeknya sebagian tergantung kadar O2 darah
vena. Kadar O2 vena yang menurun menyebabkan keadaan hipoksemia menjadi
lebih jelek. Penyebab terbanyak adalah keadaan yang menyebabkan
ventilasi paru menurun atau obstruksi saluran nafas, atelektasis,
konsolidasi, udema kardiogenik atau nonkardiogenik). Pemberian O2 dapat
memperbaiki keadaan hipoksemia apabila penyebabnya adalah gangguan
ketidak seimbangan V/Q, hipoventilasi atau gangguan difusi oleh karena
PAO2 meningkat, walaupun pada daerah yang ventilasinya jelek. Apabila
penderita mendapat O2 100%, hanya daerah yang samasekali tidak mendapat
ventilasi (shunt) yang menyebabkan hipoksemia.
e. Shunt. Pada shunt terjadi darah vena sistemik langsung masuk kedalam
sirkulasi arterial. Shunt dapat terjadi intrakardiak yaitu pada penyakit
jantung congenital sianotik right-to-left atau di dalam paru darah
melalui jalur vaskuler abnormal (arterivena fistula). Penyebab paling
sering adalah penyakit paru yang menghasilkan ketidakseimbangan V/Q,
dengan ventilasi regionalnya hampir atau samasekali tidak ada.
Pencampuran (admixture) darah vena desaturasi dengan darah arterial
(SVO2). Keadaan ini akan menurunkan PAO2 pada penderita dengan penyakit
paru dan menyebabkan gangguan di pertukaran gas intrapulmonal. Campuran
saturasi O2 vena langsung dipengaruhi oleh setiap imbalans antara
konsumsi O2 dan penyampaian O2. Keadaan anemia yang tidak dapat
dikonsumsi oleh peningkatan output jantung atau output jantung yang
insufisien untuk kebutuhan metabolisme, dapat menyebabkan penurunan SVO2
dan PaO2.
2. Gagal Nafas Hiperkapnia.
Ditandai dengan peningkatan PCO2 > 50 mm Hg Beberapa mekanisme yang
dapat menyebabkan hiperkapnia adalah: Drive respiratori yang insufisien,
defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian besar sehingga
terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru
dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat. Keadaan hiperkapnia hampir
selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal nafas. PaCO2 = k
X VCO2 / VA Meningkatnya VCO2 dapat disebabkan oleh febris, kejang,
agitasi atau faktor lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan
meningkatnya VA secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA
meningkatnya sedikit.
a. Hipoventilasi.
Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain
meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding
dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA, pertama dapat
disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang
sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena
meningkatnya dead space (VD). Penyebab hipoventilasi global adalah
overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.
b. Dead space (VD).
Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi
perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat
ventilasi dengan gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu
untuk eliminasi CO2. Dead space yang meningkat akan menyebabkan
hiperkapnia.
.
III. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus
ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada
saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan \ sangat
mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan
gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas.
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.
Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
IV. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal
nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik
opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal
nafas akut. walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang
berat. Tanda utama dari kecapaian pernafasan adalah penggunaan otot
bantu nafas, takipnea, takikardia, menurunnya tidal volume, pola nafas
ireguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang
paradoksal. Hipoksemia akut dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk
aritmia jantung dan koma. Terdapat gangguan kesadaran berupa konfusi.
PaO2 rendah yang kronis dapat ditoleransi oleh penderita yang mempunyai
cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia alveolar (PAO2 60 mmHg)
dapat menyebabkan vaso konstriksi arteriolar paru dan meningkatnya
resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan,
menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (korpulmonale)
dan pada akhirnya gagal jantung kanan.
Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut
meningkatkan drive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas bufer
di otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpulan terhadap rangsangan
turunnya pH di otak dengan akibatnya drive tersebut akan menurun. Efek
hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu
berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri
kepala, sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
Asidemia yang terjadi bila hebat (pH 7,3) menyebabkan vasokonstriksi
arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard
menurun, hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga
dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa.
V. TANDA DAN GEJALA
A. Tanda
1 Gagal nafas total
• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2. Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
• Ada retraksi dada
B. Gejala
• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
• Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
VII. PENTALAKSANAAN MEDIS
• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan
Brokodilator
Steroid
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine\
PEMERIKSAAN FISIK
( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)
Sirkulasi
1. Tanda : Takikardia, irama ireguler
2. S3S4/Irama gallop
3. Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
4. Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
5. TD : hipertensi/hipotensi
- Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat
menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
- Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Pernapasan
- Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
- Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot
asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :
hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area
berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang,
reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan;
mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
6. Keamanan
- Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
Penyuluhan/pembelajaran
- Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantungDiagnosa
Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator
mekanik adalah :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi secret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakit
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT
4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan
pemasangan selang ETT
7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik,
selang ETT, ansietas, stress
8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang
ETT
vensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot
pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih
dan ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Independen
- Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
- Catat karakteristik dari suara nafas
- Catat karakteristik dari batuk
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas
tambahan bila perlu
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan
lakukan suction bila ada indikasi
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan
Kolaboratif
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai
indikasi
- Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi
dada/vibrasi jika ada indikasi
- Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
- Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan
usaha dalam bernafas
- Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya
cairan dapat meningkatkan fremitus
- Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari
saluran nafas
- Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak,
tebal dan purulent
- Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
- Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan
atelektasis dan infeksi paru
- Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
- Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
- Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
- Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan
otot-otot pernafasan
- Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret
dan meningkatkan ventilasi
3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan :
- Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
dengan nilai ABGs normal
- Bebas dari gejala distress pernafasan
Independen
- Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan
pola nafas
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik,
bronchodilator dan ekspektorant
- Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti
crakles, dan wheezing
- Kaji adanya cyanosis
- Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
- Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
Kolaboratif
- Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
- Berikan pencegahan IPPB
- Review X-ray dada
- Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan
usaha nafas
- Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles
terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler.
- Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan
nafas
- Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb)
sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir
yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada
kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
- Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
- Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
- Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan
yang sesuai
- Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
- Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
2 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan
status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia)
ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi
meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
- Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya
mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk
memecahkan masalah yang dialaminya.
Independen:
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan
emosi.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi.
Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
- Membantu menerima 3situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
- Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
- Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk
menanggulangi rasa cemas.
Kolaboratif
- Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
- Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
- Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang
digunakan.
- Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan
merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
- Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang
teridentifikasi dan terekspresi.
- Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan
menjadi lebih baik.
- Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat
mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman
hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien
tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
- Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan
terhadap kecemasannya
Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan
meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi
pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
Kasus ;
Tn Y.A merasakan sesak nafas, sesak hilang timbul. Sesak hilang dengan
berotec spray dan quibron. Sesak meningkat saat aktivitas. sebelum masuk
rumah sakit sesak memberat dan terus menerus, tidak berkurang walaupun
sudah diberi berotec spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar
dikeluarkan, kemudian klien dibawa ke UGD RSDK semarang Riwayat asma
sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan
usus diambil 10 cm, hipertensi ataupun DM Klien seorang karyawan, telah
menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan.
Tn Y.A dirawat dan Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara
dasar nafas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru,
stridor (-) Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu
penafasan ( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV (
respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%)
Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%,
Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100
cc/jam. Tn. Y.A reaksi membuka matanya kalau ada perintah Tn. Y.A baru
membuka mata, kemudian Kalau diajak ngobrol Tn Y.A kooperatif (berbicara
sesuai dengan yang ditanya dan jelas), dan koordinasi otot Tn.Y.A agak
lemah.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y.A
DENGAN GAGAL NAFAS
A. Pengkajian dilakukan tanggal 2 Desember 2004 jam 7.30 WIB
I. Identitas klien
Nama : Tn Y.A
Umur : 29 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Ngaglik Baru No 35 Bendungan Gajah Mungkur Semarang
No CM :
Tgl masuk : 1 – 12 - 2004 jam 7.15
Hari di ICU : 2
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S.B
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Pungkuran 303, Mranggen Demak
Hubungan : saudara
II. Pengkajian Primer
a. Airway
Terpasang endotrakheal tube dimulut,sekret (+),suara dasar nafas
vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+) di seluruh lapang paru, stridor (-)
b. Breathing
Irama nafas teratur, dangkal, menggunakan otot bantu penafasan
( sternokloidomastoideus), menggunakan ventilator IPPV
( respiratori rate/MS : 22/12, tidal volume : 560, PEEP 5, FiO2 100%)
c. Circulation
Klien gelisah, TD : 200/90 mmHg, MAP : 114, HR : 146 X/Menit, SPO2 84%,
Capilary refill > 3 detik, tidak sianosis, produksi urine 100 cc/jam
, mulut sianosis, kulit pucat
d. Disability
• Reaksi membuka mata : jika di suruh / ada perintah (3)
• Respon verbal : klien dapat mengetahui dimana dia berada, siapa
dirinya, kjalimat yang diucapkan baik, orientasi baik, maka kita nilai
respon verbal dengan angka (5)
• Respon Motorik : mengikuti perintah yang kita berikan (6)
Nilai GCS klien 14, berarti kesadaran klien baik
Diagnosa Keperawatan untuk Pengkajian Primer
1) Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot
pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung,edema,hipotensi.
Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot
pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Independen
- Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
- Catat karakteristik dari suara nafas
- Catat karakteristik dari batuk
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan
Kolaboratif
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
- Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
- Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
- Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
- Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
- Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari
saluran nafas
- Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak,
tebal dan purulent
- Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
- Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
- Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
- Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
- Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
- Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
- Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient Tujuan :
- Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
- Bebas dari gejala distress pernafasan
Independen
- Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant
- Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing
- Kaji adanya cyanosis
- Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
- Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
Kolaboratif
- Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
- Berikan pencegahan IPPB
- Review X-ray dada
- Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
- Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles
terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler.
- Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
- Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb)
sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir
yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada
kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
- Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
- Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
- Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
- Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
- Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
3 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik
vena dan penurunan curah jantung, Menunjukan peningkatan perfusi dalam
waktu 3 x 24 jam
Dengan criteria;
Irama jantung / frekuensi dan nadi perifer dalam batas normal , tidaka
ada sianosis, kulit hangat / kering, haluran urine dan berat jenis dalam
batas normal 1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Catat
terjadinya bunyi jantung ekstra
2. Observasi perubahan status mental
3. Observasi warna dan suhu kulit / membrane mukosa
4. Ukur haluran urine dan cata berat jenisnya
5. Evaluasi Ekstremitas untuk adanya / tak ada / kualitas nadi
6. Tinggikan kaki di tempat tidur
Kolaborasi
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi
8. Pantau pemeriksaan diagnostic misalnya : EKG, elektrolit, BUN,
1. Takikardi akibat hipoksemia dan kompehiipoksi , nsasai upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan\
2. Gelisah, bingung, disorientasi, atau perubahan sensoris dapat
menunjukan gangguan aliran darah, CSV, akibat emboli sistematik
3. Kulit pucat / sianosismenunjukan vasookonstriksi verive (Syok) gangguan aliran darah sistemik
4. Syok menimbulkan penurunana perfusi ginjal
5. Adanya thrombus yang naik dari vena prounda (pelvis atau kaki)
6. Menurunkan statis vena di kaki dan pengumpulan darah sirkulasi/ perfusi jaringan
7. Peningkatan cairan diperlukan untuk meningkatkan hiper viskositas.
8. Mengevaluasi perubahan fungfsi organ dan mengawasi efek heparin dan koumadin , mungkin perlu perubahan dosis
III. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama : klien mengalami gagal nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan sesak nafas, sesak
hilang timbul. Sesak hilang dengan berotec spray dan quibron. Sesak
meningkat saat aktivitas. 8 jam sebelum masuk rumah sakit sesak memberat
dan terus menerus, tidak berkurang walaupun sudah diberi berotec
spraydan quibron, batuk (+), lendir sukar dikeluarkan, kemudian klien
dibawa ke UGD RSDK semarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma sejak kecil, klien pernah laparatomi atas indikasi trauma abdomen dan usus diambil 10 cm
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluraga tidak ada yng mnderita asma, hipertensi ataupun DM
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Klien seorang karyawan, telah menikah dan mempunyai anak 3 orang, biaya RS oleh asuransi kesehatan.
f. Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum :
Klien tampak sakit berat
• Kesadaran :
Kompos mentis, GCS : E4M6VET
• Tanda – tanda Vital
TD : 200/90 mmHg, Nadi : 114, HR: 146 X/menit, SPO2 : 84%
• Kepala
Bentuk msochepal,tak ada lesi, rambut bersih, hitam, tak mudah dicabut.
• Kulit
Bersih,turgor kurang baik kembali 3 detik, pucat (+), ikterik (-),
• Mata
Konjugtiva tidak anemis,besar pupil 2 mm/2mm, reaksi terhadap cahaya +/+
• Telinga
Simetris, besih, pendengaran baik
• Hidung
Terpasang NGT, sekret (+)
• Mulut
Terpasang ET dihubungkan dengan ventilator IPPV, sekret (+), kental, sianosis
• Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat distensi vena jugularis, deviasi trakhea (-)
• Dada
Paru :
I : bentuk simetris kanan dan kiri, menggunakan otot bantu
pernafasan sternokloidomastoideus
Pa : Taktil fremitus kanan : kiri
Pe : sonor seluruh lapang paru
Au : suara dasar vesikuler, wheezing (+), ronchi seluruh lapang
Paru
Jantung:
I : Ictus cordis tak tampak
Pa : Ictus cordis teraba 2 cm LMCS
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I –II murni, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : bentuk datar
Au : peristaltik usus 2 – 3 X/mnt
Pe : Timpani
Pa : tak teraba pembesaran hepar, lien
• Genetalia
Terpasang kateter, urine lancar, kuning jernih
• Ekstremitas
Superior : tidak oedema, terpasang infus ditangan kiri
Inferior : tidak oedema
IV. Kebutuhan Dasar Klien
a. Oksigenasi :
Terpasang ventilator IPPV, SaO2 85%, RR : 20 X/menit, oksigenasi terpenuhi, akral hangat
b. Nutrisi dan cairan
Klien mendapatkan diet DM cair 1200 kalori, asupan nutrisi yang masuk melalui NGT sebanyak 300 kalori
c. Kenyamanan :
Terpasang ET dan NGT, klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan pengambilan spesimen darah
d. Eliminasi :
Bab (-), bak terpasang kateter, urine lancar kuning jernih, urine keluar 250 cc/6 jam
V. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
a. Laboratorium tanggal 1 desember2004 jam 07:15 WIB
GDS : 274 mg/dl
Ureum : 22 mg/dl
Creatinin : 1,11 MG/DL
Leukosit : 13.900/MMK
Eritrosit : 5,40 juta/mmk
Hb : 16,9 gr%
Ht : 51,3 %
MCV : 95,1 pq
MCH : 31,4 FL
MCHC : 33 ribu/mmk
Trombosit: 281 ribu/mmk
Natrium : 145 mmol/l
Kalium : 4,2 mmol/l
Clorida : 112 mmol/l
Albumin : 3,8 gr/dl
b. Gambaran ECG
Sinus takhikardi
c. BB : 70 kg, Tb: 165 cm
VI. Program :
a. Diet : susu 250 cc/ 4 jam
b. Infus : Kaen Mg 3 Fl/24jam, asering Fl/24 jam
c. Syrine pump :
Dormicum 2 mg/jam
Aminophilin 0,7 mg/kg BB/jam
Norcuron 2 mg/jam
Actrapid 4 ui/jam
Antidiuretik
d. Injeksi : cefotaxim 1 gr/8 jam
Nebulizer : ventolin 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc) dan nacl 0,9 % 6 cc
ANALISA DATA
N O DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DO :
- Td : 200/90 mmhg
- Nadi : 114, bb
- Memakai obat antidiueretik
- turgor kurang baik kembali 3 detik
DS:
- Keluarga mengatakan kalau pasien BB berkurabg / tamppak kurus dan
keriputt Resiko Tinggi Defisit Volume Cairan penggunaan deuritik,
ke-luaran cairan kompartemental
2 DO :
- Pasien Terpasang Ventilator
DS:
- klien merasa tidak nyaman saat dilakukan suction dan
- klien merasa tidak nyaman pengambilan spesimen darah
Cemas/Takut krisis situasi, pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
2. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan
status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia)
ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi
meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Intervensi dan Rasional
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
Menunjukan volume cairan normal dalam waktu 3 x 24 jam dengan criteria :
TD, Nadi, BB dan haluan urine dalam batas normal 1. Awasi Tanda Vital
seperti TD, RR, Nadi
2. Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, mukosa dan karakteristik sputum
3. Ukur / hitung masukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan
4. Timbang BB tiap hari
Kolaborasi
5. Berikan cairan IV sesuai indikasi dan control secara teratur
6. Awasi / ganti elektrolit sesuai indikasi 1. Kekurangan / perpindahan
cairan meningkatkan RR, TD, dan mengurangi frekuensi Nadi
2. Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi / fungsi serebral
3. Memberikan informasi tentang status cairan umum
4. Perubahan BB cepat menunjukan gangguan dalam air tubuh total
5. Memperbaiki / mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic
6. Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi diuretik
3 Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan
status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia)
ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi
meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Independen:
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi.
Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
- Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
- Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
Kolaboratif
- Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
- Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
- Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
- Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
- Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
- Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
- Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat
mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman
hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien
tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
- Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
- Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan
meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi
pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar