Askep Urolithiasis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Batu
ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk
di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk
di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra.
Batu
ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit
batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan
ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka
prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih.
Penyebab
terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan Urolithiasis?
2.
Apa yang menyebabkan Urolithiasis?
3.
Bagaimana manifestasi klinik Urolithiasis?
4.
Bagaimana patofisisologi Urolithiasis?
5.
Bagaimana komplikasi Urolithiasis ?
6.
Bagaimana cara penatalaksanaan urolithiasis?
7.
Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita
urolithiasis ?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
1
Untuk mengetahui defenisi Urolithiasis
2
Untuk mengetahui etiologi Urolithiasis
3
Untuk mengetahui manifestasi klinik
Urolithiasis
4
Untuk mengetahui patofisisologi Urolithiasis
6
Untuk mengetahui komplikasi Urolithiasis
7
Untuk mengetahui penatalaksanaan urolithiasis
8
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
penderita urolithiasis ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Urolithiasis
Urolithiasis
adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan
penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam
saluran kemih.
Klasifikasi urolithiasis :
1) Batu
kalsium
Batu
jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu
saluran kemih. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campuran dari kedua unsur itu.
Faktor terjadinya batu kalsium :
Faktor
tejadinya batu kalsium adalah:
a) Hiperkasiuria
yaitu Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
b) Hiperoksaluria
yaitu ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti
the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
c) Hiperurikosuria:
Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.
Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
d) Hipositraturia:
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau
pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
2) Batu
struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
3) Batu
asam urat
Batu
asam urat merupakan 5-10 % dari seluruh batu saluran kemih. Diantara 75-80 %
batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien
penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang dapat menyebabkan
penyakit antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya
adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan
diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendappatkan
penyakit ini.
4) Batu
jenis lain
Batu
sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai.
Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan dalam
absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit
bawaan berupa defisiensi enzim
2.2
Etiologi
Urolithiasis
Terbentuknya batu saluran kemih ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(Idioptik).
1) gangguan
saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks
vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.
2) gangguan
metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia
(kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat
disebabkan oleh :
Ø hiperparatiroidisme
Ø asidosis
tubular renal
Ø malignasi
Ø penyakit
granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan
produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.
Ø Masukan
vitamin D yang berlebihan.
Ø Masukan
susu dan alkali.
Ø Penyakit
mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan
proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.
3) Infeksi
saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis).
4) Dehidrasi
: kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
5) Benda
asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
6) Jaringan
mati (nekrosis papil).
7) Multifaktor
: anak di negara berkembang, penderita multitrauma.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor
itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik yaitu faktor yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor
intrinsik itu antara lain adalah :
1) Hereditair
(keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
2) Umur
: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis
kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.
Faktor
ekstrinsik diantaranya adalah :
1) Geografi
: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu), sedangkan daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batu saluran kemih.
2) Iklim
dan temperatur
3) Asupan
air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4) Diet
: diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
5) Pekerjaan
: Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life.
2.3
Manifestasi
Klinik Urolithiasis
Tanda
dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu
hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau
sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu
kecil ketika kencing; nyeri tekan kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain
itu bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan
urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.
Manifestasi
klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam,
menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di
area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut
dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin
berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasif batu.
Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu
menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika
infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius,
disertai sepsis yang mengancam kehidupan pasien.
2.4
Patofisiologi
Urolithiasis
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau urologi belum
diketahui secara pasti. Berbagai faktor mempengaruhi proses pembentukan batu.
Faktor utama yaitu supersaturasi filtrat. Faktor lain yaitu PH urine, stasis
urine dan deficiensi faktor penghambat pembentuk batu.
Batu
terbentuk dari calsium, phospat, oxalat, asam urat, struvit dan kristal
cystine. Dan yang paling banyak adalah batu calsium yaitu calsium phopat dan
calsium oxalat. Batu asam urat dibentuk dari pengaruh metabolisme purine, batu
struvit terbentuk karena akibat dari ure splitting bacteri dan mengandung
magnesium, phospat dan amonium. Batu cystine terbentuk dari crystal cystine sebagai
akibat dari defek tubulur renal.
Ketika filtrat yang harus diekskresikan semakin meningkat konsentrasinya,
keadaan ini sangat mendorong terjadinya keadaan supersaturasi. Contohnya
sebagai efek immobilisasi yang lama dapat menyebabkan mobilisasi calsium dari
tulang sehingga kadar serum kalsium meningkat yang berdampak terhadap beban
yang harus diekskresikan. Jika intake cairan tidak adekuat akan terjadi
supersaturasi dan akan terbentuk batu, lebih banyak batu kalsium.
PH urine dapat meningkatkan atau melarutkan batu saluran kemih. Batu asam urat
cenderung terbentuk pada keadaan urine yang asam. Batu struvit dan kalsium
phosfat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang alkali. Batu kalsium oxalat
tidak dipengaruhi oleh PH urine. Batu dibentuk di ginjal dan menuju ureter dan
turun kedalam vesika urinaria. Sering kali batu tersangkut di sudut uretepelvie
ataupun dilekukkan uretero visikal. Bila batu menyumbat dan menghambat aliran
urine menyebabkan dilatasi ureter sehingga terjadi keadaan hidroureter. Rasa
nyeri karena spasme ureter terasa sangat berat dan seperti diremes atau ditusuk
dan dapat menyebabkan shock. Dapat juga klien mengalami hematuria karena
kerusakan lapisan urethelial. Jika obstruksi tidak segera diatasi atau
dihilangkan, urin stasis dapat menyebabkan infeksi dan secara bertahap
mengganggu fungsi ginjal pada bagian yang dipengaruhi. Obstruksi terus menerus
dapat menyebabkan hidroneprosis atau pembesaran ginjal.
2.7 Penatalaksanaan Urolithiasis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi
pengeluaran batu saluran kemih :
1) Obstruksi
jalan kemih
2) Infeksi
3) Nyeri
menetap atau nyeri berulang-ulang
4) Batu
yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
5) Batu
metabolic yang tumbuh cepat.
Pengobatan
a) Pengurangan
nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik
renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop
akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung
kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu
tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi
kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b) Pengangkatan
batu
Pemeriksaan sitoskopik dan
pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi
(jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
c) Lithotripsi
Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut
pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
d) Metode
Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan
dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam
parenkim ginjal.
e) Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis
ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau
ultrasound kemudian diangkat.
f) Pelarutan
batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen
pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan
menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g) Pengangkatan
batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan
dengannefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu)
atau nefrektomi,jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat
dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat
dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada
dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan
ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada
alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
Farmakologi
yang diterapkan
Analgesia
untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk keluar sendiri. Opioid
(injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida)au obat AINS (mis ketorolac dan
naproxen) dapat diberikan, bergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotic dilakukan apabila
terdapat infeksi sal kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder.
Setelah
dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan
untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya. Preparat diuretic
tiazida akan mengurangi kandungan kalsium dalam urine dengan menurunkan
ekskresi kalsium dalam tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi
dengan pemberian alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat.
Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari
saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan saluran kemih rata-rata 7%
per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah
berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu saluran kemih yang
diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu dapat berupa :
1) Menghindari
dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter
per hari
2) Diet
untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
3) Aktifitas
harian yang cukup
4) Pemberian
medikamentosa
Diet
rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita absorbtif
tipe II. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :
1) Rendah
protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam
2) Rendah
oksalat
3) Rendah
garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
4) Rendah
purin
Beberapa
makanan dan minuman yang harus dibatasi untuk mencegah urolithiasis diantaranya
:
a) Makanan
kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi kalsium).
b) Garam
meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorpsinya diginjal).
c) Daftar
makanan berikut harus dihindari :
ü Produk
susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan produk
susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
ü Daging,
ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.
ü Sayuran:
bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai,
seledri.
ü Buah:
kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.
ü Roti,
sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang
dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung
giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).
ü Minuman:
teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu atau
produk susu.
ü Lain-lain:
kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim, makanan
pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering, pie)
2.6 Komplikasi Urolithiasis
1) Obstruksi
Ginjal
2) Perdarahan
3) Infeksi
4) Hidronefrosis
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Penderita
Urolithiasis
1. PENGKAJIAN
Pengkajan
adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.
a) Identitas
pasien, mencakup nama, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b) Riwayat
kesehatan
ü Riwayat
Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh
nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan
menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.
ü Riwayat
Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering
mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja
berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari
susu/ produk susu.
ü Riwayat
Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami
batu ginjal atau penyakit lainnya.
Riwayat Keperawatan :
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala
:
ü Riwayat
pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
ü Riwayat
bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
ü Keterbatasan
mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama)
b. Sirkulasi
Tanda
:
ü Peningkatan
TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
ü Kulit
hangat dan kemerahan atau pucat
c. Eliminasi
Gejala
:
ü Riwayat
ISK kronis, obstruksi sebelumnya
ü Penurunan
volume urine
ü Rasa
terbakar, dorongan berkemih
ü Diare
Tanda
:
ü Oliguria,
hematuria, piouria
ü Perubahan
pola berkemih
d. Makanan
dan cairan:
Gejala
:
ü Mual/muntah,
nyeri tekan abdomen
ü Riwayat
diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
ü Hidrasi
yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda
:
ü Distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
ü Muntah
e. Nyeri
dan kenyamanan :
Gejala
:
ü Nyeri
hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu
ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda
:
ü Perilaku
berhati-hati, perilaku distraksi
ü Nyeri
tekan pada area ginjal yang sakit
f. Keamanan:
Gejala
:
ü Penggunaan
alkohol
ü Demam/menggigil
g. Penyuluhan
/ pembelajaran:
Gejala
:
ü Riwayat
batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
ü Riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
ü Penggunaan
antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pemeriksaan Diagnostik
·
Pemeriksaan Laboratorium
a)
Urinalisa :
ü warna
: normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
ü pH :
normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat),
ü Urine
24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
ü BUN
hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein,
darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
ü Kreatinin
serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25
mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa
yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b) Darah
lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c) Hormon
Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
·
Pemeriksaan radiologi
d) Foto
Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang uriter.
e) IVP
: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter).
f) Sistoureteroskopi
: visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek ebstruksi.
g) USG
Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1)
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi
kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
2)
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan
peradangan.
3)
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter,
diuresis pasca obstruksi.
4)
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
5)
Infeksi berhubungan dengan
pembentukan batu pada traktus urinarius.
6)
Gangguan thermoregulasi
berhubungan dengan proses infeksi.
7)
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
pengobatan post operasi.
8)
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur infasiv (pembedahan).
3. I NTERVENSI
KEPERAWATAN
1) Nyeri
(akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
Intervensi
Mandiri :
ü Catat
lokasi, lamanya / intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn
tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih,
menggelepar .
R/ Membantu evaluasi tempat
obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung,
lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas.
ü Jelaskan
penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan
karakteristik nyeri yang terjadi.
R/ Melaporkan nyeri secara
dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan
membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.
ü Lakukan
tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada
punggung, lingkungan yang tenang)
R/ Meningkatkan relaksasi
dan menurunkan ketegangan otot.
ü Bantu
/ dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik
R/ Aktivitas fisik dan
hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan
mencegah pembentukan batu selanjutnya
ü Perhatikanpeningkatan/menetapnya
keluhan nyeri abdomen.
R/ Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini
merupakan kedaruratan bedah akut.
Kolaborasi
:
ü Berikan
obat sesuai indikasi :
§ Analgetik
R/ Analgetik (gol. narkotik)
biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
§ Antispasmodik,
contoh flavoksat, (uripas), oksibutin (ditropan)
R/ Menurunkan refleks spasme
dapat menurunkan kolik dan nyeri
§ Kortikosteroid
R/ Mungkin digunakan untuk
menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.
ü Berikan
kompres hangat pada punggung
R/ Menghilangkan tegangan
otot dan dapat menurunkan refleks spasme
ü Pertahankan
potensi kateter bila digunakan
R/ Mencegah stasis/retensi
urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
2) Perubahan
eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
Intervensi
Mandiri
:
ü Awasi
asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.
R/ Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
ü Tentukan
pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi.
R/ Batu saluran kemih dapat
menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi
kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu
mendekati pertemuan uretrovesikal.
ü Dorong
peningkatan asupan cairan.
R/ Peningkatan hidrasi dapat
membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu.
ü Periksa
semua urine. Catat adanya keluaran adanya batu dan kirim ke laboratorium untuk
analisa
R/ Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
ü Selidiki
keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan
penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/ tergantung
R/ Retensi urine dapat
terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal) dan potensial
risiko infeksi, gagal ginjal
ü Observasi
perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
R/ Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
Kolaborasi
:
ü Awasi
hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
R/ Peninggian BUN, kreatinin
dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
ü Ambil
urine untuk kultur dan sensitivitas
R/ Menentukan adanya ISK,
yang penyebab / gejala komplikasi
ü Berikan
obat sesuai indikasi :
§ Asetazolamid
(Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
R/ Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
untuk menurnkan pembentukan batu asam.
R/ Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
§ Hidroklorotiazid
(Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
R/ Mencegah stasis urine
ddan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses
penyakit dasar seperti hipertiroidisme primer atau abnormalitas vitamin D
§ Amonium
klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
R/ Menurunkan pembentukan
batu fosfat
§ Agen
antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
R/ Menurunkan produksi asam
urat/ potensian pembentukan batu
§ Antibiotika
R/ Adanya ISK/ alkalin urine
potensial pembentukan batu
§ Natrium
bikarbonat
R/ Mengganti kehilangan yang
tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan/ atau alkalinisasi urine
dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli
§ Asam
askorbat
R/ Mengasamkan urine untuk
mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin.
ü Pertahankan
patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi) bila
digunakan.
R/ Mungkin diperlukan untuk
membantu aliran urine / mencegah retensi dan komplikasi. Catatan : Selang
mungkin terhambat oleh fragmen batu
ü Irigasi
dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi
R/ Mengubah pH urine dapat
membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya
ü Siapkan
pasien / bantu untuk prosedur endoskopi, contoh : prosedur basket
R/ Kalkulus pada ureter
distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan
penangkapan batu dalam kantung kateter.
3) Kekurangan
volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
Intervensi
Mandiri
:
ü Awasi
asupan dan haluaran
R/ Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
ü Catat
insiden dan karakteristik muntah, diare.
R/ Mual/muntah dan diare
secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka
menghubungkan kedua ginjal dengan lambung.
ü Tingkatkan
asupan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung
R/ Mempertahankan
keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas
batu keluar. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder
kehilangan cairan berlebihan (muntah dan diare)
ü Awasi
tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membran mukosa
R/ Indikator hidrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
ü Timbang
berat badan tiap hari
R/ Peningkatan berat badan
yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi
Kolaborasi
:
ü Awasi
Hb/ Ht, elektrolit
R/ Mengkaji hidrasi dan
keefektifan/ kebutuhan intervensi
ü Berikan
cairan IV
R/ Mempertahankan volume
sirkulasi (bila pemasukan oral tidak cukup) meningkatkan fungsi ginjal
ü Berikan
diet tepat, cairan jernih, makanan lembut sesuai toleransi
R/ Makanan mudah cerna
menurunkan aktifitas GI/ iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan
kesseimbangan nutrisi
ü Berikan
obat sesuai indikasi : antiemetik, contoh proklorperazin (Compazin)
R/ Menurunkan mual/ muntah
4) Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Intervensi
Mandiri
:
ü Kaji
ulang proses penyakit dan harapan masa datang
R/ Memberikan pengetahuan
dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
ü Tekankan
pentingnya peningkatan pemasukan cairan 3-4 liter/ hari. Dorong pasien untuk
melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan untuk meningkatkan
pemasukan cairan baik bila haus atau tidak.
R/ Pembilasan sistem ginjal
menurukan kesempatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Peningkatan kehilangan
cairan/ dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari
ü Kaji
ulang program diet, sesuai individual
R/ Diet tergantung pada tipe
batu. Peahaman alasan pembatasan memberikan kesempatan pada pasien membuat
pilihan informasi, meningkatkan kerja sama dalam program dan dapat mencegah
kekambuhan
ü Diet
rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong,
gandum, alkohol
R/ Menurunkan pemasukan oral
terhadap prekusor asam urat
ü Diet
rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt
R/ Menurunkan risiko
pembentukan batu kalsium
ü Diet
rendah oksalat, contoh pembatasan coklat, minuman mengandung kafein, bayam
R/ Menurunkan pembentukan
batu oksalat
ü Diet
rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml. 30 pc/jam
R/ Mencegah kalkulus fosfat
dengan membentuk presipitat yang tak larut dalam traktus GI, mengurangi beban
nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain. Catatan :
dapat menyebabkan konstipasi
ü Diskusikan
program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca semua label
produk/ kandungan dalam makanan.
R/ Obat-obatan diberikan
untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine, tergantung pada penyebab dasar
pembentukan batu. Makan produk yang mengandung bahan yang dikontraindikasikan
secara individu (contoh kalsium, fosfat) potensial pembentukan obat ulang
ü Mendengar
dengan aktif tentang program terapi/ perubahan pola hidup
R/ Membantu pasien bekerja
melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi
ü Identifikasi
tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh nyeri berulang, hematuria,
oliguria
R/ Dengan peningkatan
kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi
serius
ü Tunjukkan
perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada
R/ Meningkatkan kemampuan
perawatan diri dan kemandirian
5) Infeksi
berhubungan dengan pembentukan batu pada traktus urinarius.
Intervensi
ü Observasi
tanda-tanda infeksi.
R/
mengetahui perkembangan pasien.
ü Catat
karakteristik urine.
R/
urine keruh dan bau menunjukkan adanya infeksi.
ü Gunakan
teknik aseptic bila merawat.
R/
membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh.
ü Tingkatkan
cuci tangan pada pasien dan staf yagn terlibat.
R/
menurunkan resiko kontaminasi silang.
6) Gangguan
thermoregulasi berhubungan dengan proses infeksi.
Intervensi
ü Observasi
tanda-tanda vital.
R/
mengetahui perubahan suhu tubuh
ü Jauhkan
dari baju tebal / selimut tebal.
R/
dapat meningkatkan suhu tubuh.
ü Anjurkan
minum sesuai dengan kebutuhan.
R/
memenuhi cairan tubuh.
7)
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
pengobatan post operasi.
Intervensi
ü Observasi
keadaan umum pasien
R/ Mengetahui perkembangan keadaan pasien
ü Mengobservasi
tingkat kekuatan otot
R/ Mengetahui tingkat kekuatan otot
ü Mengajarkan
rentang gerak
R/ Mendapatkan kembali tingkat aktivitas fisik
ü Mengajarkan
tehnik relaksasi dengan melakukan message, perawatan kulit dan pertahankan alat
tenun bersih dan kering
R/ Mengurangi ketegangan atau kelemahan oto, juga untuk mengurangi sakit
ü Atur
posisi tidur pasiendan rubah posisi secara teratur
R/ Tidak terjadi komplikasi decubitus
ü Kolaborasi dengan fisioterapi dalam terapi
fisik
R/ Membantu klien kearah penyembuhan
8)
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur infasiv (pembedahan).
Intervesi
ü Monitor
vital sign setiap 5 – 6 jam
R/ Mengetahui perkembangan vital sign
ü Monitor
tanda dan gejala infeksi
R/ Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
ü Memberikan
perawatan kulit pada daerah yang berisiko infeksi
R/ Mengurangi terjadinya infeksi
ü Dorong
asupan nutrisi dan cairan yang cukup
R/ Membantu daya tahan tubuh, untuk mengurangi terjadi infeksi
ü Menjelaskan
tanda-tanda infeksi dan pencegahannya
R/ Memberikan pengetahuan pasien tentang infeksi
ü Kolaborasi
dengan medis untuk pemeriksaan darah, kultur
R/ Mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium
ü Laksanakan
pemberian obat antibiotika sesuai program
R/ Membantu mengurangi terjadinya infeksi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus
urinarius. Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya
adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:
Idiopatik,gangguan saluran,kemih,gangguan metabolism,Infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis),dehidrasi,benda
asin,multifaktor,jaringan mati (nekrosis papil).
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan
oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam
traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika
batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa
keperawatan dapat membuat laporan kasus yang sesuai dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.
EGC: Jakarta
Chang, Ester. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta
Charlene. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba medika
Izzati, Silmia. 2011. Asuhan keperawatan Urolitiasis. http://silchaper.blogspot.com/2011/01/askep-urolitiasis.html.
11
Januari 2011. Diposkan oleh Silmia Izzati
Purnomo, Basuki. 2009. Dasar – dasar urologi edisi 2. Jakarta : CV. Sagung Seto
Robbins. 2007. Intisari patologi. Tanggerang : Binarupa Aksara
Sari, Maria. 2011. Asuhan keperawatan pada penderita urolithiasis. http://bkp2011.blogspot.com