Sahabatku pUnkmore

Sahabatku pUnkmore
saHabat untuk sLamanya

Kamis, 09 Februari 2012

askep poest partum blues

BAB I

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka post partum adalah 2-6 jam, 2 – 6 hari, 2 jam – 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu)).
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB.
Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis, seperti post partum blues, depresi post partum, depresi berat dan lain-lain.



2.    Tujuan
a.    Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Partum Blues.
b.    Tujuan Khusus
1.    Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Post Partum Blues.
2.    Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab Post Partum Blues.
3.    Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Post Partum Blues.
4.    Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan Post Partum Blues.



BAB II
PERMASALAHAN


Dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu Post Partum Blues, definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan bagaimana asuhan keperawatan pada Post Partum Blues.


BAB III
PEMBAHASAN


1.    Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.

2.    Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :]
a.    Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
b.    Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
c.    Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
d.    Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
e.    Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarg
f.    Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.

3.    Manifestasi Klinis
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
a.    Cemas tanpa sebab
b.    Menangis tanpa sebab
c.    Tidak percaya diri
d.    Tidak sabar
e.    Sensitif, mudah tersinggung
f.    Merasa kurang menyangi bayinya
g.    Tidak memperhatikan penampilan dirinya
h.    Kurang menjaga kebersihan dirinya
i.    Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.
j.    Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan
k.    Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

5.    Komplikasi
a.    Iritabilitas
b.    Anxietas Berlebihan
c.    Insomnia

6.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1.    Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a.    Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b.    Dapat memahami dirinya
c.    Dapat mendukung tindakan konstruksi

2.    Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a.    Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b.    Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c.    Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

7.    Pemeriksaan Penunjang
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues .
Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues .
EPDS (Edinburgh Postnatal Depresi Skala) juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

8.    Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
a.    Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu
b.    Menu makanan yang seimbang
c.    Olah raga secara teratur
d.    Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
e.    Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
f.    Rekreasi



Asuhan Keperawatan Teoritis
A.    Pengkajian
Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah
1.    Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2.    Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3.    Integritas Ego.
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4.    Eliminasi.
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5.    Makanan / cairan.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6.    Nyeri / ketidaknyamanan.
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7.    Seksualitas

B.    Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema  pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
2.    Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
3.    Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ; tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh ).
4.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
5.    Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal  (perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anestesia.

C.    Intervensi dan Rasional
1.    Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema  pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.”
Tujuan    :    Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan.
INTERVENSI    RASIONAL
    Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan

    Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi



    Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
    Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)


    Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
    Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui        Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
    Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
    Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema dan vasodilatasi
    Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
    Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan langsung pada perineum
    Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat karena pelepasan oksitosin



2.    Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan    :    Mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui,mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.
INTERVENSI    RASIONAL
    Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

    Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga

    Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktor – faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui
    Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik – teknik menyusui

    Identifikasi sumber – sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi ; misalnya ; progam Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA )        Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan
    Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil.
    Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.



    Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya menyusu
    Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional.


3.    Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ; tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh ).
Tujuan    :    mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor risiko / melindungi diri, bebas dari komplikasi.

INTERVENSI    RASIONAL
    Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan

    Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan



    Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ; kemerahan, kehangatan, nyeri tekan




    Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
    Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan perlunya untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi        Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
    Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
    Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi placenta ), penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
    Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
    Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas dapat terjadi


4.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan    :    mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
INTERVENSI    RASIONAL
    Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta

    Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil, anoreksia atau malaise
    Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam

    Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih


    Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih / defekasi
        Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium


    peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi.

    Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus
    Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena naiknya infeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
    Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal ) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.


5.    Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal  (perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anestesia.
Tujuan    :    Berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran, mengosongkan kandung kemih setelah berkemih.

INTERVENSI    RASIONAL
    Kaji masukan dan haluaran urin terakhir


    Perhatikan adanya edema atau laserasi / episiotomi, dan jenis anestesi yang digunakan


    Instruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek – efek anestesia berkurang




    Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari

        Pada periode pascapartal awal, kira – kira 4 kg cairan hilang melalui haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis
    Trauma kandung kemih atau uretra, atau edema, dapat mengganggu berkemih ; anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kantong kemih
    Lakukan latihan kegel 100 kali per hari meningkatkan sirkulasi pada perineum, membantu menyembuhkan dan memulihkan tonus otot pubokoksigeal, mencegah atau menurunkan inkontinens stres.

    Membantu mencegah stasis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.

B.    Saran
1.    Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu
2.    Menu makanan yang seimbang
3.    Olah raga secara teratur
4.    Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5.    Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6.    Rekreasi


DAFTAR PUSTAKA

Saifudin Abdul Bari (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Tridasa Printer, Jakarta
Doengoes E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar