Sahabatku pUnkmore

Sahabatku pUnkmore
saHabat untuk sLamanya

Kamis, 16 Februari 2012

¬¬KELOMPOK 4

PERBAIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
PENYAKIT TERMINAL






    OLEH
 BENI AGUSTRA
RESHA PURNAMA SARI
SEFRIDA MAYIYIL
SITI ZAKIAH ASRI
USWATUN HASANAH


DOSEN PEMBIMBING : MITAYANI, SST.M Biomed
TA :2011 / 2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan teoritis Pada Anak Dengan Kasus Terminal”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Selama proses pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih :
Teman-tamanku yang senasip dan seperjuangan. Terimakasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihk yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari allah SWT. Amin,

Padang, 20 Oktober  2011


                                                                                                                  (penulis)       

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Tujuan
Beri kesempatan pada anak dan keluarga untuk meninjau ulang pengalaman khusus atau memori dalam kehidupan mereka
Ekspresikan perasaan pribadi tentang kehilangan dan/ atau frustasi (mis;”Kami akan sangat kehilangan dia” atau “ Kami sudah mencoba segala sesuatu; kami sangat menyesal bahwa kami tidak dapat menyelamatkannya”)Berikan informasi yang diminta keluarga dan bersikap jujur.
Hargai kebutuhan emosional anggota keluarga seperti saudara kandung, yang mungkin ingin menyingkir sejenak dari anak yang menjelang ajal
Buat setiap upaya untuk mengatur anggota keluarga khususnya orang tua untuk bersama anak pada saat kematian, bila mereka menginginkannya.
Dorong kelurga untuk bicara dengan anak bahkan bila ia tampak koma
Bantu keluarga mengidentifikasi dan menghubungi kerabat, teman atau ndividu pendukung lain
Hargai keyakinan religius dan budaya seperti upacara khusus atau ritual
Atur untuk dukungan spiritual, sep[erti rohaniawan, beri dukungan spiritual sesuai permintaan anak atau keluarganya.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

ASKEP PADA ANAK DENGAN PENYAKIT TERMINAL

A.    PENGERTIAN
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
   B. PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN
1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian
2. anak tidak memiliki kematangan emosional dalam mempersepsikan tentang arti kematian
3. mekanisme koping pada anak belum terbentuk
4. Anak di ajak berdiskusi mengenai / tentang tuhan,surga, dan benda-benda yang tidak terlihat
C. KEBUTUHAN ANAK YANG TERMINAL
1. Komunikasi,
dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk berkomunikasi atau berbicara dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak berkomunikasi /berbicara anak merasa bahhwa ia tidak sendiri dan ia merasa ditemani
2. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut
3. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat
4. Social support meningkatkan koping
D. MENJELASKAN KEMATIAN PADA ANAK
1. Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur merupakan strategi yang terbaik dalam mendiskusikan kematian dengan anak
2. Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan dasar tingkat kematangan anak dalam mengartikan kematian
3. pada anak pra sekolah ,anak mengartikan kematian sebagai : kematian adalah sudah tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak bergerak lagi,dan tidak bisa berjalan seperti layaknya orang yang dapat berjalan seperti orang sebelum mati / meninggal
4. kebanyakan anak- anak( anak yang menderita penyakit terminal ) membutuhkan keberanaian, bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan
5. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitife dan simpati, mendukunng apa yang anak rasakan
E. SUPPORT (DUKUNGAN)
Dukungan sangat diperlukan dan sangat dibutukan oleh anak yang mengidap penyakit terminal, siapa saja yang terlibat harus mendukung disini yaitu orang tua, teman- teman , orang tua yang lainnya (kakek,nenek, tante,paman), dan grife suport grouph.
F. TAHAP-TAHAP KEMATIAN ” KUBLER-ROSS’S ( KUBLER-ROSS’S DYING)
1. Denial and isolation (menolak dan mengisolasi diri)
2. Anger ( marah)
3. Bargaining ( tawar –menawar )
4. Depression ( depresi )
5. Acceptance ( penerimaan/menerima kematian )
G. ASUHAN KEPERAWATAN YANG DIPERLUKAN PADA ANAK YANG MENGALAMI PENYAKIT TERMINAL
Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada anak yang mengalami penyakit terminal adalah ”PALLIATIVE CARE” tujuan perawatan paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan kematian minimal mendekati normal, diupanyakan dengan perawatan yang baik hingga pada akhirnya menuju pada kematian
H. PALLIATIFE CARE
•    Menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal
•    Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan kondisi (kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau kesenangan hidup anak
•    Mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain,masalah psikologi,social atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal



I.    PRINSIP DARI PERAWATAN PALLIATIVE CARE
•    Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan skeluarga pasien
•    Dukungan untuk caregiver
•    Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet
•    Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative care
•    Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan
 J.  PALLIATIVE CARE PLANE ( RENCANA ASUHAN PERAWATAN PALLIATIVE)
•    Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai, guru, staff sekolah dan petugas keseatan yang professional
•    Suport phisik, emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya
•    Melibatkan anak pada self care
•    Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
•    Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari anak dan keluarga.







BAB III
ASKEP TEORITIS
ASKEP ANAK SAKIT TERMINAL ATAU MENJELANG AJAL
Penyakit terminal yaitu suatu kondisi dimana kehidupan mendekati atau menjelang akhir
Berduka – Respon fisik, emosional, dan spiritual terhadap kematian, perpisahan, atau kehilangan.
Reaksi berduka – gejala somatik dan psikologis yang kompleks yang berhubungan dengan beberapa penderitaan atau kehilangan ekstrim.
Berduka yang diantisipasi – Berduka sebelum kehilangan yang actual

A.     PENGKAJIAN
Lakukan pengkajian fisik Dapatkan riwayat kesehatan tentang penyakit terminal dan terapinya Kaji konsep anak tentang diri sendiri, proses yang terjadi pada lima tahap berikut dimana anak memerlukan informasi tentang situasinya sendiri
Tahap 1     :     Penyakit adalah sakit serius
Tahap 2     :     Penemuan hubungan antara pengobatan dan pemulihan
Tahap 3     :     Pemahaman tentang tujuan dan implikasi prosedur khusus.
Rasa sejahtera mulai menghilang dan menerima diri sebagai anak yang berbeda dari anak lain.
Tahap 4     :     Penyakit dipandang sebagai kondisi permanen.
Perasaan selalu menjadi orang sakit yang tidak pernah menjadi lebih baik.
Tahap 5     :     Kesadaran bahwa hanya terdapat pengobatan dalam jumlah
Terbatas. Kesadaran tentang prognosis fatal.
Observasi tanda-tanda fisik yang mendekati kematian.
Kehilangan sensasi dan gerakan pada ekstremitas bawah, berlanjut ke tubuh bagian atas.
-    Sensasi panas, meskipun badan terasa dingin
-    Kehilangan indera
-    Sensasi taktil menurun
-    Sensasi terhadap sinar
-    Pendengaran adalah indera yang terakhir hilang
-    Konfusi, kehilangan kesadaran, bicara tidak jelas
-    Kelemahan otot
-    Kehilangan kontrol defekasi dari kandung kemih
-    Penurunan nafsu makan/ haus
-    Kesulitan menelan
-    Perubahan pola napas
-    Pernapasan cheyne – stokes
“  Death rattle (bunyi dada bising karena akumulasi sekresi paru dan faring) Nadi lemah dan lambat, penurunan tekanan darah
-    Kaji respon keluarga terhadap ancaman kematian Observasi adanya manifestasi reaksi berduka yang normal pada anggota keluarga
-    Kaji sistem pendukung keluarga, mekanisme koping, dan ketersediaan sumber.
-    Kaji kemampuan diri untuk memberikan perawatan efektif pada anak yang menjelang ajal
-    Waspadai perasaan sendiri
-    Identifikasi strategi koping
B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit terminal dan/ atau ancaman kematian
2.    perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, tidak tertarik pada makanan.
3.    takut/ cemas berhubungan dengan diagnosa, terapi, dan prognosis
4.    berduka antisipasi berhubungan denga ancaman kematian anak


C.    INTERVENSI
1.    Keterbatasan aktivitas :
-  mengurangi ketidakmampuan
- mempertahankan fungsi sosial
- mempertahankan sikap tubuh yang baik
- mempertahankan kebebasan gerak sendi dan kekakuan
- istirahat dan aktifitas yang cermat
- mempertahankan daya tahan fisik dan ADL
2.    Peningkatan perawatan diri:
Terutama untuk kebutuhan fisik (mandi,toileting,berpakaian)
3.    Pertimbangan psikososial
-    kepekaan perasaaan,phatan , pendengaran
-    hubungan yang haarmonis, perhatian
4.    membantu  klien dalam penyesuaian diri.

PEDOMAN UNTUK MENDUKUNG KELUARGA BERDUKA UMUM
Tinggal dengan keluarga ; duduk dengan tenang bila mereka tidak ingin bicara  Terima reaksi berduka keluarga ; hindari pernyataan menghakimi (mis “Anda harus merasa baik sekarang”)
Hindari pernyataan yang dibuat-buat (mis ; “Saya tahu apa yang anda rasakan” atau “anda masih cukup muda untuk mempunyai bayi lagi”)
Hadapi secara terbuka perasaan-perasaan seperti rasa bersalah, marah dan kehilangan harga diri.
Fokuskan perasaan dengan menggunakan kata-kata berperasaan dalam pernyataan (mis :”Anda masih merasakan semua kepedihan karena kehilangan anak)

PADA SAAT KEMATIAN
Yakinkan keluarga bahwa segala sesuatu mungkin sedang dilakukan untuk anak, bila mereka menginginkan intervensi penyelamatan hidup
Lakukan apa saja yang mungkin dilakukan untuk menjamin kenyamanan anak, khususnya penghilangan nyeri.
Beri kesempatan pada anak dan keluarga untuk meninjau ulang pengalaman khusus atau memori dalam kehidupan mereka
Ekspresikan perasaan pribadi tentang kehilangan dan/ atau frustasi (mis;”Kami akan sangat kehilangan dia” atau “ Kami sudah mencoba segala sesuatu; kami sangat menyesal bahwa kami tidak dapat menyelamatkannya”)Berikan informasi yang diminta keluarga dan bersikap jujur.
Hargai kebutuhan emosional anggota keluarga seperti saudara kandung, yang mungkin ingin menyingkir sejenak dari anak yang menjelang ajal
Buat setiap upaya untuk mengatur anggota keluarga khususnya orang tua untuk bersama anak pada saat kematian, bila mereka menginginkannya.
Dorong kelurga untuk bicara dengan anak bahkan bila ia tampak koma
Bantu keluarga mengidentifikasi dan menghubungi kerabat, teman atau ndividu pendukung lain
Hargai keyakinan religius dan budaya seperti upacara khusus atau ritual
Atur untuk dukungan spiritual, sep[erti rohaniawan, beri dukungan spiritual sesuai permintaan anak atau keluarganya

SIMTOMATOLOGI BERDUKA NORMAL
•    Sensasi distres somatic
•    Perasaan sesak di tenggorok
•    Tersedak, dengan napas pendek
•    Kecenderungan nyata untuk napas pendek
•    Perasaan kosong dalam abdomen

Distres subyektif terus-menerus yang digambarkan sebagai tegangan atau sakit mental

•    Preokupasi dengan bayangan kematian
•    Mendengar, melihat atau membayangkan kehadiran individu yang sudah meninggal
•    Sedikit rasa tidak nyata
•    Perasaan jarak emosi dari orang lain
•    Dapat meyakini bahwa ia mendekati kegilaan
•    Perasaan bersalah
•    Mencari bukti kegagalan dalam mencegah kematian
•    Mendakwa diri sendiri tentang pengabaian atau kelalaian minor yang berlebihan
•    Perasaan bermusuhan
•    Kehilangan kehangatan terhadap orang lain
•    Kecenderungan untuk peka rangsang dan marah
•    Mengharapkan untuk tidak diganggu oleh teman dan kerabat
•    Kehilangan pola berhubungan yang umum,Gelisah, tidak dapat duduk diam, gerakan tanpa tujuan.Terus menerus mencari seuatu untuk dilakukan atau apa yang ia pikir harus lakukan .Kurang kapasitas untuk memulai atau mempertahankan pola aktivitas yang teratur.




























BAB III

PENUTUP

Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Beri kesempatan pada anak dan keluarga untuk meninjau ulang pengalaman khusus atau memori dalam kehidupan mereka
Ekspresikan perasaan pribadi tentang kehilangan dan/ atau frustasi (mis;”Kami akan sangat kehilangan dia” atau “ Kami sudah mencoba segala sesuatu; kami sangat menyesal bahwa kami tidak dapat menyelamatkannya”)Berikan informasi yang diminta keluarga dan bersikap jujur.

Hargai kebutuhan emosional anggota keluarga seperti saudara kandung, yang mungkin ingin menyingkir sejenak dari anak yang menjelang ajal
Buat setiap upaya untuk mengatur anggota keluarga khususnya orang tua untuk bersama anak pada saat kematian, bila mereka menginginkannya.

Dorong kelurga untuk bicara dengan anak bahkan bila ia tampak koma
Bantu keluarga mengidentifikasi dan menghubungi kerabat, teman atau ndividu pendukung lain.

Hargai keyakinan religius dan budaya seperti upacara khusus atau ritual
Atur untuk dukungan spiritual, sep[erti rohaniawan, beri dukungan spiritual sesuai permintaan anak atau keluarganya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar