TUGAS MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KET
O
L
E
H
ALEX CONTESA
RESHA PURNAMA SARI
USWATUN HASANAH
PRODI D-III KEPERAWATAN
( II A )
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah dalam pembelajaran MARTENITAS ini, shalawat dan salam tak lupa pula penulis aturkan kepada baginda rasulullah Muhammad SAW , yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan keera yang penuh dengan pengetahuan.
Ucapankan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah ikut dalam membantu penulisan makalah ini dan tlah banyak memberikan dukungan sepenuhnya kepada kami dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan. Tentu hasil karya tulis ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman penulis dan informasi yang didapatkan. Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Padang, desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu. Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah.
Namun,dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari kehamilan ektopik
2.Mengetahui penyebab kehamilan ektopik
3. Mengetahui tanda dan gejala
4.Untuk mengetahui klafikasi
5. Untuk mengetahui bagaimana pemberian asuhan keperawatan dengan kehamilan ektopik
BAB II
PEMBAHASAN
1.DEFINISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
Gambar kehamilan ektopik
2.KLAFIKASI
Menuru Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a) Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum.
(sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b) Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii.
Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
c) Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi
berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
d) Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan
ekstrauterin.
e)Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f)Kehamilan InterstisialKehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g) Kehmailan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum
latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h) Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i)Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permukaan ovarium.
j) Kehamilan Tuba .Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
3.Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari dinding telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
a) Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas
saluran telur.
b) Riwayat operasi tuba.
c) Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d) Kehamilan ektopik sebelumnya.
e) Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f) Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g) Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h) Operasi plastik pada tuba.
i) Abortus buatan.
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a) Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
b) Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit
2. Faktor pada dinding tuba:
-Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba
-Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut.
3. Faktor di luar dinding tuba:
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur
b) Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba
c) Pelvic Inflammatory Disease (PID)
4. Faktor lain:
a) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
b) Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke
uterus
b) Fertilisasi in vitro, Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro
fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di
luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
d) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
f) Merokok
g) Penggunaan dietilstilbestrol (DES)
h) Uterus berbentuk huruf T
i) Riwayat operasi abdomen
j) Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja
k) Ruptur appendix
l) Mioma uteri
m) Hidrosalping
3.PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
a) Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secaraspontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur),dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Gejala klinis yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi :
1. akibat hilangnya darah dari peredaran darah umum, karena :
a. kekurangan darah yang beredar sampai menimbulkan gejala tampak pucat atau
anemia, tampak sakit berat, dan pucat, tekanan darah turun dan frekwensi nadi
meningkat.
b. Rendahnya darah menuju otak. Hilangnya darah ke otak menimbulkan gangguan
psikologis atau kesadarannya menurun. Syok berat dan mungkin meninggal.
2. Timbunan darah dalam rongga perut menimbulkan gejala klinis :
a. Perut tampak makin membesar, karena timbunan darahnya.
b. Menimbulkan rasa sakit mendadak, saat dipegang atau diraba.
c. Tanda cairan bebas dalam rongga perut.
d. Darah dalam rongga perut tidak berfungsi, sehingga menimbulkan gangguan
umum.
5.Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1.Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c) Pemeriksaan ginekologis .
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b) USG :
- Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
-Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
-Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
6.PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit
Tindakan operasi pada kehamilan ekopik terganggu dapat dijabarkan sebagai berikut 1. kehamilan masih intak :
a. operasi laparoskop untuk mengangkat
b. laparotomi biasa, sampai melakukan rekonstruksi dan melepaskan perekatan.
2. kehamilan ektopik terganggu :
a. terdapat darah dalam rongga perut yang perlu dikeluarkan sambil menutup sumber
perdarahannya.
b. Darah dalam rongga perut dikembalikan untuk transfusi dirinya sendiri.
3. kehamilan abdominal :
a. janin dalam rongga perut dapat sampai cukup bulan
b. Dilakukan laparotomi untuk mengambil bayinya.
c. Kehamilan jenis ini jarang terjadi .
Kehamilan ektopik terganggu jarang sekali menimbulkan kematian asalkan pasien cepat datang dan memeriksakan dirinya. Sebagian besar kedatangan pasien tidak terlambat karna rasa sakit yang mendorongnya untuk segera memeriksakan diri.
7.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
1) Infeksi
2) Sterilitas
3) Pecahnya tuba falopii
4) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%
Diagnosa Banding.
Diagnosa bandingnya adalah :
a) Infeksi pelvic
b) Kista folike
c) Abortus biasa
d) Radang panggul,
e) Torsi kita ovarium,
f) Endometriosi
Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain adalah:
A.Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.
B.Abortus (imminens atau inkomplitus)
Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada
nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan
ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar
dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari
pemeriksaan vagina.
C.Appendisitis
Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.
D.Torsio kista ovarium
Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa
menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan
intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada
riwayat serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya.
E. Ruptur korpus luteum
Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang ditemukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
a) Kardiovaskuler : TTV
- Takikardi
- Hipotensi
- Vertigo
-Diaporesis
b) Gastrointestinal
- Mual, muntah
- Nyeri abdomen
- Cullen’s Sign (umbilicus agak kebiruan)
c) Genitourinaria
- Amenorrhea- Jenis alat kontrasepsi
- Riwayat gangguan tuba sebelumnya
- HPHT
- Ada atau tidak ada bercak yang keluar dari vagina
- Perdarahan Vagina Cokelat tua
- Peningkatan ukuran uterus
- Nyeri pelvis
- Pembesaran Pelvis
- Nyeri akut abdomen
Pemeriksaan Lab :
- Hb
- Leukosit
- USG
- Kuldoskopi
- Laparoskopi
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan dari rupture tempat implantasi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma rupture dan inflamasi peritoneal
3. Nyeri berhubungan dengan rupture tuba, peritonitis, perdarahan peritoneum
4. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
5. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan kehamilan
6. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kemungkinan komplikasi, dan treatment
7. Ansietas berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
3.RENCANA TINDAKAN
1.Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan dari rupture tempat
implantasi
Tujuan :
-Tidak terjadi deficit Volume cairan
Intervensi: :
1. Monitor TTV
2. Monitor perdarahan tiap 30 menit / sesuai kondisi (warna, jumlah, bau)
3. Monitor tanda Syok (kelemahan, takikardi, hipotensi, diaporesis)
4. Monitor input dan output cairan
5. Monitor pemeriksaan lab (Hb, Ht)
6. Berikan terapi cairan IV
7. Berikan tranfusi sesuai indikasi
2. Nyeri berhubungan dengan rupture tuba
Tujuan: :
-Nyeri pada klien akan berkurang
Intervensi: :
1. Kaji nyeri (karakteristik, intensitas, frekuensi, lokasi)
2. Minimalkan distraksi stimulus ruangan
3. Anjurkan klien tirah baring dan membatasi aktivitas
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgesic
3. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan :
-nyeri berkurang
Intervensi :
1.Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal
setiap 6 jam
Rasional :
-menentukan tindak lanjut intervensi.
2) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional :
nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
Meningkat
3) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional:
Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan
karena sindrom ketegangan dan nyeri.
4) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional :
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
5) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa
nyeri
Rasional :
relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan nyeri.
6) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional :
mengurangi keteganagan area nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional :
analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
4. Ansietas berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur.
Tujuan :
- ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.
Intervensi: :
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional :
Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional :
membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu
Rasional :
membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.
Rasional :
membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk
mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
Rasional :
Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu.
Rasional :
Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ayu, Ida. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/02/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html.
4. Liewellyn-jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, Hipokrates Edisi 6.
5. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
6. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
7. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
8. Rosanti, Anita . 2003. Kumpulan Mater MaternitasII Program Studi D. IV. Fakultas
Kedokteran Negeri Airlangga : Surabaya
9. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KET
O
L
E
H
ALEX CONTESA
RESHA PURNAMA SARI
USWATUN HASANAH
PRODI D-III KEPERAWATAN
( II A )
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah dalam pembelajaran MARTENITAS ini, shalawat dan salam tak lupa pula penulis aturkan kepada baginda rasulullah Muhammad SAW , yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan keera yang penuh dengan pengetahuan.
Ucapankan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah ikut dalam membantu penulisan makalah ini dan tlah banyak memberikan dukungan sepenuhnya kepada kami dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan. Tentu hasil karya tulis ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman penulis dan informasi yang didapatkan. Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Padang, desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu. Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah.
Namun,dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari kehamilan ektopik
2.Mengetahui penyebab kehamilan ektopik
3. Mengetahui tanda dan gejala
4.Untuk mengetahui klafikasi
5. Untuk mengetahui bagaimana pemberian asuhan keperawatan dengan kehamilan ektopik
BAB II
PEMBAHASAN
1.DEFINISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
Gambar kehamilan ektopik
2.KLAFIKASI
Menuru Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a) Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum.
(sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b) Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii.
Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
c) Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi
berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
d) Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan
ekstrauterin.
e)Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f)Kehamilan InterstisialKehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g) Kehmailan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum
latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h) Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i)Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permukaan ovarium.
j) Kehamilan Tuba .Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
3.Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari dinding telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
a) Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas
saluran telur.
b) Riwayat operasi tuba.
c) Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d) Kehamilan ektopik sebelumnya.
e) Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f) Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g) Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h) Operasi plastik pada tuba.
i) Abortus buatan.
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a) Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
b) Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit
2. Faktor pada dinding tuba:
-Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba
-Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut.
3. Faktor di luar dinding tuba:
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur
b) Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba
c) Pelvic Inflammatory Disease (PID)
4. Faktor lain:
a) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
b) Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke
uterus
b) Fertilisasi in vitro, Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro
fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di
luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
d) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
f) Merokok
g) Penggunaan dietilstilbestrol (DES)
h) Uterus berbentuk huruf T
i) Riwayat operasi abdomen
j) Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja
k) Ruptur appendix
l) Mioma uteri
m) Hidrosalping
3.PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
a) Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secaraspontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur),dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya. Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Gejala klinis yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi :
1. akibat hilangnya darah dari peredaran darah umum, karena :
a. kekurangan darah yang beredar sampai menimbulkan gejala tampak pucat atau
anemia, tampak sakit berat, dan pucat, tekanan darah turun dan frekwensi nadi
meningkat.
b. Rendahnya darah menuju otak. Hilangnya darah ke otak menimbulkan gangguan
psikologis atau kesadarannya menurun. Syok berat dan mungkin meninggal.
2. Timbunan darah dalam rongga perut menimbulkan gejala klinis :
a. Perut tampak makin membesar, karena timbunan darahnya.
b. Menimbulkan rasa sakit mendadak, saat dipegang atau diraba.
c. Tanda cairan bebas dalam rongga perut.
d. Darah dalam rongga perut tidak berfungsi, sehingga menimbulkan gangguan
umum.
5.Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1.Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c) Pemeriksaan ginekologis .
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b) USG :
- Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
-Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
-Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
6.PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit
Tindakan operasi pada kehamilan ekopik terganggu dapat dijabarkan sebagai berikut 1. kehamilan masih intak :
a. operasi laparoskop untuk mengangkat
b. laparotomi biasa, sampai melakukan rekonstruksi dan melepaskan perekatan.
2. kehamilan ektopik terganggu :
a. terdapat darah dalam rongga perut yang perlu dikeluarkan sambil menutup sumber
perdarahannya.
b. Darah dalam rongga perut dikembalikan untuk transfusi dirinya sendiri.
3. kehamilan abdominal :
a. janin dalam rongga perut dapat sampai cukup bulan
b. Dilakukan laparotomi untuk mengambil bayinya.
c. Kehamilan jenis ini jarang terjadi .
Kehamilan ektopik terganggu jarang sekali menimbulkan kematian asalkan pasien cepat datang dan memeriksakan dirinya. Sebagian besar kedatangan pasien tidak terlambat karna rasa sakit yang mendorongnya untuk segera memeriksakan diri.
7.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
1) Infeksi
2) Sterilitas
3) Pecahnya tuba falopii
4) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%
Diagnosa Banding.
Diagnosa bandingnya adalah :
a) Infeksi pelvic
b) Kista folike
c) Abortus biasa
d) Radang panggul,
e) Torsi kita ovarium,
f) Endometriosi
Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain adalah:
A.Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.
B.Abortus (imminens atau inkomplitus)
Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada
nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan
ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar
dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari
pemeriksaan vagina.
C.Appendisitis
Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.
D.Torsio kista ovarium
Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa
menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan
intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada
riwayat serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya.
E. Ruptur korpus luteum
Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang ditemukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
a) Kardiovaskuler : TTV
- Takikardi
- Hipotensi
- Vertigo
-Diaporesis
b) Gastrointestinal
- Mual, muntah
- Nyeri abdomen
- Cullen’s Sign (umbilicus agak kebiruan)
c) Genitourinaria
- Amenorrhea- Jenis alat kontrasepsi
- Riwayat gangguan tuba sebelumnya
- HPHT
- Ada atau tidak ada bercak yang keluar dari vagina
- Perdarahan Vagina Cokelat tua
- Peningkatan ukuran uterus
- Nyeri pelvis
- Pembesaran Pelvis
- Nyeri akut abdomen
Pemeriksaan Lab :
- Hb
- Leukosit
- USG
- Kuldoskopi
- Laparoskopi
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan dari rupture tempat implantasi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma rupture dan inflamasi peritoneal
3. Nyeri berhubungan dengan rupture tuba, peritonitis, perdarahan peritoneum
4. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
5. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan kehamilan
6. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kemungkinan komplikasi, dan treatment
7. Ansietas berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
3.RENCANA TINDAKAN
1.Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan dari rupture tempat
implantasi
Tujuan :
-Tidak terjadi deficit Volume cairan
Intervensi: :
1. Monitor TTV
2. Monitor perdarahan tiap 30 menit / sesuai kondisi (warna, jumlah, bau)
3. Monitor tanda Syok (kelemahan, takikardi, hipotensi, diaporesis)
4. Monitor input dan output cairan
5. Monitor pemeriksaan lab (Hb, Ht)
6. Berikan terapi cairan IV
7. Berikan tranfusi sesuai indikasi
2. Nyeri berhubungan dengan rupture tuba
Tujuan: :
-Nyeri pada klien akan berkurang
Intervensi: :
1. Kaji nyeri (karakteristik, intensitas, frekuensi, lokasi)
2. Minimalkan distraksi stimulus ruangan
3. Anjurkan klien tirah baring dan membatasi aktivitas
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgesic
3. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan :
-nyeri berkurang
Intervensi :
1.Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal
setiap 6 jam
Rasional :
-menentukan tindak lanjut intervensi.
2) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional :
nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
Meningkat
3) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional:
Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan
karena sindrom ketegangan dan nyeri.
4) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional :
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
5) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa
nyeri
Rasional :
relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan nyeri.
6) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional :
mengurangi keteganagan area nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional :
analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
4. Ansietas berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur.
Tujuan :
- ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.
Intervensi: :
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional :
Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional :
membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu
Rasional :
membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.
Rasional :
membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk
mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
Rasional :
Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu.
Rasional :
Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ayu, Ida. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/02/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html.
4. Liewellyn-jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, Hipokrates Edisi 6.
5. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
6. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
7. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
8. Rosanti, Anita . 2003. Kumpulan Mater MaternitasII Program Studi D. IV. Fakultas
Kedokteran Negeri Airlangga : Surabaya
9. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar