PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus
luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut
atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai
kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista
yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada
organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan
atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang
terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak.
Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat.Komplikasi ini dapat dicegah sampai
suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikam pada penderita kista ovarium.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa
memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan maternitas
dengan kasus kista ovarium
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu memahami
konsep medis tentang kista ovarium.
b.
Mahasiswa mampu
menetapkan diagnosa keperawatan pada wanita dengan kista ovarium.
c.
Mahasiswa mampu
merencanakan intervensi keperawatan padaanita dengan kista ovarium
BAB
II
KONSEP
DASAR MEDIS
A. Pengertian
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium
secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graf atau korpusluteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium.
(Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Kista ovari adalah rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam rongga ovarium.Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karana terbentuk setelah telur dilepaskan setelah ovulasi. Kista fungsional
akan mengkerut dan menyusut seteleh beberapa waktu (setelah 1-3 bulan), hingga
biasanya dokter juga mencurigai terbentuk kista menganjurkan penderita
melekukan control kembali 3 bulan kemudian. Selama waktu menunggu tersebut,
kadang-kadang dokter menganjurkan penderita agar minum pil KB agar tidak
terjadi ovulasi.Demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah menopause,
kista fungsional tidak terbentuk.Untuk menyakinkan apakah perempuan mengidap
kista, dokter melekukan pemeriksaan sonogram.
(Faisal Yatim,2008)
B. Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
- Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari
permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena
folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi
cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena
bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena
meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan
karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
(
Ignaiuvicus, Bayne : 1991 )
- Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat
menyebabkan torsi ( putaran tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis
kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista. Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang
lain
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak
ada hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui
proses patogenesis
(
Winjosastro : 1999 )
C. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.Kista jenis
ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya
akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti
rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
(
Winjosastro : 1999 )
D. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena
itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada
pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut
kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.Kista
folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel
graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm
dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan
cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
E. Pathway
F. Manifestasi
Klinis
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan
sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita
Sebagian besar kista ovarium tidak
menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi
adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam.
Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala
mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista
ovarium :
Pertumbuhan
primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang menyebabkan berbagai
keluhan samar-samar:
1.
Perasaan sebah
2.
Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3.
Makan sedikit terasa cepat kenyang
4.
Sering kembung
5.
Nyeri sanggama
6.
Nafsu makan menurun
7.
Rasa penuh pada perut bagian bawah
8.
Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih
dan juga tekanan pada dubur
9.
Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada
tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.
10. Akibat
Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan
pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak
seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat menekan
kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista besar yang
terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berta pada
perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi
11. Rasa mual dan ingin muntah
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:
1. Perdarahan ke
dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan
tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2. Torsio. Putaran
tangkai dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang
bersifat total.
3. Kista ovarium
yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat menekan
vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih secara sempurna.
4. Massa kista
ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan untuk
berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan
pelvic menjadi penting
5. Infertilitas
akibat tidak adanya ovulasi
6. Peningkatan
resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di payudara dan
endometrium
H. Pemeriksaan
Penunjang
1. Gambaran
Radiologi
a. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
1) Transabdominal
Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan
endovaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur
intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan
transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
2) Endovaginal
Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara
detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal.
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong.
3) Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di
bawah ini menunjukkan komponen yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
4) Kista
Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes
pada endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
5) Polikistik
Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid
stroma.
2. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan
produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa
yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
3. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
4. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor.
5. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
6. Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja.
Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium adalah
;
a.
Inflamasi Pelvic (PID)
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram,
memperlihatkan secara relative pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan
keluhan nyeri).
b.
Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
c.
Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring
sign pada tuba, dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas
disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine.
d.
.Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan
dinding tebal dan ireguler.
I. Penatalaksanaan
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1. Operasi untuk
mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi ganas.
2. Saat
operasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas dan
tindakan operasi lebih lanjut.
3. Hasil operasi
harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat
ditetapkan untuk menentukan terapi
4. Operasi tumor
ganas diharapkan debulking yaitu dengan pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan
tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cm. Setelah mendapatkan radiasi dan
kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin jaringan
tumor.
Kistoma ovarii
diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
5. Untuk
penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see. Jika wanita yang
masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan
kista yang berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan
melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaanv pil
kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi kista fungsional
6. Pembedahan
dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan siklus
haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada
komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba (
salpingo ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan .Jika terdapat
keganasan aka dilakukan histerektomi.
BAB III
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri,
ansietas, berkeringat malam
2. Sirkulasi
Gejala :
palpitasi, nyeri dada pada perengahan kerja
Tanda :
perubahan pada TD
3. Integritas Ego
Gejala : faktor
sterss (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misal
: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spritual), menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda :
menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Gejala :
perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada feses
Perubahan pada
eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria atau serin berkemih
Tanda
: perubahan pada bising usus, distensi abdomen
5. Makanan/cairan
Gejala :
kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet
) anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan BB
yang hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda
: perubahan pada kelembaban/turgor kulit, udema
6. Neurosensori
Gejala :
pusing, sinkope
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak
ada nyeri, atau derajat bervariasi, misal, ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
8. Pernapasan
Gejala :
merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
abses
9. Keamanan
Gejala :
pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda
: demam, ruam kulit, ulserasi
10. Seksualitas
Gejala :
masalah seksual, misal : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks
multupel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi
sosial
Gejala :
ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung
jawab peran.
12. Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG
menunjukkan rerata lama dirawat; 5,4 hari serta memerlukan bantuan sementara
untuk transportasi, pemeliharaan rumah
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa
nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
2. Gangguan rasa
nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Gangguan harga
diriberhubungan dengan ketidakmampuan mempunyaianak
4. Perubahan
eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan
adanya udema jaringan lokal dan paralisis saraf
5. Resiko tinggi terhadap konstipasi atau
diare berhubungan dengan bedah abdominal, melemahkan otot-otot abdominal
6. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan hipovolemia
7. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual
berhubungan dengan penurunan libido, penurunan kadar hormon dan
memendeknya kanal vaginal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa
nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri
berkurang sampai hilang sama sekali
Kriteria hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah
terkontrol/terarasi, tampak santai
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan
intensitas nyeri.
R
:mengidentifikasi lingkup masalah
b. Atur posisi
senyaman mungkin
R : Menurunkan
tingkat ketegangan pada daerah nyeri
c. Pantau TTV
R : respon
autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang berhubungan
dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV terus-menerua
memerlukan evaluasi lebih lanjut
d. Kaji insisi
bedah, perhatikan edema, perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya tepi luka
R : perdarahan
pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
menyebabkan peningkatan nyeri insisi
e. Ajarkan dan
lakukan tehnik relaksasi.
R : Merelaksasi
otot – otot tubuh
f. Kolabarasi
untuk pemberian terapi analgesik.
R :
menghilangkan rasa nyeri
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
Tujuan : Gangguan rasa nyaman cemas berkurang.
Kriteria hasil : klien bisa beristirahat
Intervensi :
a. Kaji dan
pantau terus tingkat kecemasan klien.
R :
mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya )
b. Berikan
penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
R : Informasi
yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya )
c. Ajarkan teknik distraksi
R : teknik distraksi dengan
mengalihkan perhatian pada hal-hal yang disukai dapat mengurangi tingkat
kecemasan pasien.
d. Bina hubungan
yang terapeutik dengan klien.
R : Hubungan yang terapeutik dapat
menurunkan tingkat kecemasan klien.
3. Gangguan harga
diriberhubungan dengan ketidakmampuan mempunyaianak
Tujuan : menerima situasi nyata
Kriteria hasil : menyatakan masalah dan menunjukkan
yang sehat untuk menghadapinya, menyatakan penerimaan diri pada situasi dan
adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi :
a. Berikan waktu
untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat.
Diskusikan presepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan pola
hidup khususnya
R : memberikan
minat dan perhatian , dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan
konsep
b. Kaji stres
emosi pasien
R : untuk
mengetahui respon klien terhadap rasa takut akan tak mampu memenuhi peran
reproduksi
c. Berikan informasi
yang adekuat
R : memberikan
kesempatan pada klien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi
d. Identifikasi
perilaku koping positif sebelumnya
R : membantu
dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk di gunakan
dalam situasi saat ini
e. Berikan
lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
R :
meningkatkan saling berbagi keyakinan atau nilai tentang subjek sensitif
dan mengidentifikasi kesalahan konsep
f. Kaji perilaku
menarik diri
R :
mengidentifikasi tahap kehilangan atau kebutuhan intervensi
g. Kolaborasi :
rujuk ke konseling profesional sesuai kebutuhan
R : mungkin
memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasaan kehilangan
4. Perubahan
eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan
adanya udema jaringan lokal dan paralisis saraf
Tujuan : komplikasi tercegah atau minimal serta
pola eliminasi kembali kekeadaan normal
Kriteria hasil : mengosongkan kandung kemih secara
teratur dan tuntas
Intervensi :
a. Perhatikan pola
berkemih dan awasi keluaran urine
R :
mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (<100ml)
b. Palpasi kandung kemih
R : presepsi
kandung kemih, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan retensi
urine
c. Berikan
tindakan berkemih rutin
R :
meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
d. Berikan
perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter
R :
meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
e. Kaji
karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau
R : retensi
urine, drainase vaginal dan kemungkinan adanya kateter intermitten/tak menetap
meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan perineal
f. Kolaborasi :
1) Berikan pemasangan kateter bila
diindikasikan
R : edema dan pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan
atoni kandung kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih
2) Dekompresi kandung kemih dengan perlahan
R : bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi
kandung kemih sepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis meningkatkan
penggumpulan vena
5. Resiko tinggi terhadap konstipasi atau
diare berhubungan dengan bedah abdominal, melemahkan otot-otot abdominal
tujuan : tidak terjadi konstipasi atau diare
kriteria hasil : menunjukkan bunyi peristaltik usus dan
mempertahankan pola eliminasi biasanya
intervensi :
a. Aukskultasi bisisng usus, perhatikan
distensi abdomen, adanya mual/muntah
R : indikator adanya/perbaikan ileus,
mempengaruhi pilihan intervensi
b. Bantu pasien untuk duduk pada tepi
tempat tidur dan berjalan
R : ambulasi
dini untuk membantu marangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltik
c. Dorong pemasukan cairan adekuat
R :
meningkatkan pelunakan feses, dapat memebantu merangsang peristaltik
d. Berikan rendam duduk
R :
meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan
e. Berikan cairan
jernih/banyak dan dikembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi
R : bila
peristaltik di mulai, pemasukan makanan dan minuman meningkatkan kembalinya
eliminasi usus normal
f. Batasi
pemasukan oral sesuai indikasi
R : mencegah
mual/muntah sampai peristaltik kembali
g. Berikan cairan
jernih/banyak dan dikembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi
R : bila
peristaltik di mulai, pemasukan makanan dan minuman meningkatkan kembalinya
eliminasi usus normal
h. Kolaborasiberikan obat, contoh pelunak feses,
minyak mineral, laktasif sesuai indikasi
R :
meningkatkan pembentukan/pasase pelunak feses
6. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Tujuan : tidak
terjadi perubahan perfusi jaringan
Kriterii hasil :
menunjukkan perfusi adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi
teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara
individual dan bebas udema,
Intervensi :
a. Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer
dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji keluaran/karakteristik urine.
Evaluasi perubahan mental
R : indikator
keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya komplikasi
b. Inspeksi balutan dan pembalut perineal,
perhatikan warna, jumlah dan bau drainase. Timbang pembalut dan bandingkan
dengan berat kering. Bila pasien mengalami perdarahan hebat
R :
memperkirakan pembuluh darah besar untik sisi operasi dan/potensial perubahan
mekanisme pembekuan
c. Ubah posisi pasien dan dorong batuk
sering dan latihan napas dalam
R : mencegah statis
sekresi dan komplikasi pernapasan
d. Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan
dibawah lutut atau menyilangkan kaki
R :
meninbulkan statis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan pengumpalan
darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan trombus
e. Bantu dan instruksikan latihan kaki dan
telapak dan ambulasi sesegera mungkin
R : gerakan
meningkatkan sirkulasi dan mencegah kompliksi statis
f. Periksa tanda hormon, perhatikan
eritema, pembengkakan ekstremitas atau keluhan nyeri dada tiba-tiba pada dispnea
R : mungkin
indikasi terjadinya tromboflebitis/emboli paru
g. Pakaiakan
stoking antiemboli
R : membantu
aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko trombosis
h. Kolaborasiberikan cairan IV, produk darah sesuai
indikasi
R :
menggantikan kehilangan darah dan mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi
jaringan
7. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual
berhubungan dengan penurunan libido, penurunan kadar hormon dan
memendeknya kanal vaginal
Tujuan :
pemahaman mengenai perubahan anatomi/fungsi tubuh
Kriteria hasil : mendiskusikan masalah tentang gambaran
diri, peran seksual, hasrat seksual, pasanagan dengan orang terdekat
Intervensi :
a. Identifikasi/mendengarkan
pernyataan pasien atau orang terdekat
R : masalah
seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau ungkapan yang
gamblang
b. Kaji informasi
pasien atau orang terdekat tentang anatomi /fungsi seksual dan pengaruh
prosedur pembedahan
R : menunjukkan
kesalahan informasi/konsep yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Harapan
negatif sehubungan dengan hasil yang buruk. Perubahan kadar hormon mempengaruhi
libido/menurunkan kelunakan vagina
c. Identifikasi
faktor budaya/nilai dan adanya konflik
R : dapat
mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual
d. Dorong pasien
untuk berbagi pikiran/masalah dengan teman
R : komunikasi
terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian atau masalah dan meningjatjan
diskusi dan resolusi
e. Berikan solusi
pemecahan masalah potensial. Contoh menundah koitus seksual saat kelelahan
R : membantu
pasien kembali pada hasrat/kepuasan aktivitas seksual
f. Diskusikan
sensasi/ketidanyamanan fisik, perubahan pada respons seperti individual
biasanya
R : nyeri
vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilangan sensori dapat
terjadi sehubungan dengan trauma bedah
g. Kolaborasi :
rujuk ke konselor/ahli seksual sesuai kebutuhan
R : mungkin dibutuhkan untuk tambahan
untuk meningkatkan kepuasan hasil
D. EVALUASI
1. Pasien terbebas dari rasa nyeri
2. Pasien terbebas dari rasa cemas dan
dapat beristirahat
3. Pasien dapat menerima dan dapat
beradaptasi terhadap perubahan dalam diri pasien
4. Pola eliminasi pasien tidak
mengalami gangguan
5. Peristaltic usus dalam batas normal
( 5 – 35 x/menit ) BAB tidak mengalami gangguan
6. Keadaaan pasien menunjukan perfusi yang
adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi teraba, pengisian kapiler
baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual
7. Pasien dapat mendiskusikan
masalah tentang gambaran diri, peran seksual, hasrat seksual, pasanagan dengan
orang terdekat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista ovari adalah rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam rongga ovarium.Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karana terbentuk setelah telur dilepaskan setelah ovulasi. Kista fungsional
akan mengkerut dan menyusut seteleh beberapa waktu (setelah 1-3 bulan), hingga
biasanya dokter juga mencurigai terbentuk kista menganjurkan penderita
melekukan control kembali 3 bulan kemudian. Selama waktu menunggu tersebut,
kadang-kadang dokter menganjurkan penderita agar minum pil KB agar tidak
terjadi ovulasi.Demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk.Untuk menyakinkan apakah perempuan
mengidap kista, dokter melekukan pemeriksaan sonogram.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.Kista jenis
ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya
akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti
rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Arif Mansjoer,
dkk.1999 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
2. Carpenito,
Lynda Jual. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
3. Doenges E.
Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.
4. Hanifa,
1997. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Lowdermil,
Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Jakarta: EGC
6. Sardjadi.
1995.Patologi Ginekologi. Jakarta; EGC.
7. Smeltzer
& Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
8. Ignatavicius,
D.D. dan M.V. Bayne. 1991. Medical Surgical Nursing A Nursing Process Approach.
Vol 2. Philadelphia. W.B. Saunders Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar