Sahabatku pUnkmore

Sahabatku pUnkmore
saHabat untuk sLamanya

Kamis, 22 November 2012



 KONSEP DASAR MEDIS
A.    DEFINISI
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Menurut Jacoeb, kista berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal diseluruh tubuh ( http:// www. tabloid-nakita. com ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka yang dimasud dengan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
kista dibagi berdasarkan isi :
1.      Kista serosum
Kista ini berisi cairan bening yang bentuk dan warnanya seperti air perasan kunyit. Bila bersarang di indung telur maka kista ini mudah pecah. Jenis kista ini sering berubah menjadi penyakit ganas (disebut kanker) indung telur atau kanker ovarium. Proses pembesaran kista serosum sangat dipengaruhi siklus haid karena saat haid terjadilah penambahan jumlah cairan dalam indung telur. Hormon estrogen yang meningkat saat kehamilan juga memicu pembesaran kista. “Umumnya kista berbentuk seperti buah yang bertangkai. Bila kehamilan makin besar, maka rahim yang membesar karena pertumbuhan janin akan mendesak kista itu. Akibatnya, bisa saja tangkai kista terpuntir. Keadaan ini disebut torsi yang merupakan kasus darurat karena penderita akan mengalami sakit yang sangat. Untuk mencegah terjadinya torsi, begitu ditemukan pada kehamilan triwulan awal, kista harus segera diangkat. Namun, pendeteksian kista serosum mesti akurat. Secara sepintas bentuknya mirip badan kuning (korpus luteum), yaitu sisa sarang sel telur yang memang ada saat kehamilan. “Jadi, bila dari pemantauan USG (ultrasonografi) terlihat kantong besar di indung telur, tidak bisa langsung diputuskan bahwa itu kista. Bisa saja ternyata korpus luteum yang memang dibutuhkan pada saat kehamilan muda. Kalau korpus luteum yang disangka kista ini diambil malah bisa terjadi keguguran.” Amannya, tunda tindakan pengangkatan hingga kehamilan berusia 14 minggu. Saat itu korpus luteum sudah menghilang. “Bila dengan pemeriksaan USG terlihat kantong itu masih ada, maka bisa dipastikan kista. Kalau sudah begitu berarti harus segera diangkat.
2.      Kista musinosum
Kista ini berisi cairan berupa lendir kental yang lengket. Bentuknya menyerupai ingus tapi sifat pelekatannya mirip kanji. Sama seperti serosum, kista musinosum pun akan membesar akibat adanya kehamilan. Oleh sebab itu, saat kista musinosum terdeteksi harus segera diangkat. Penanganan kista musinosum pun mesti dilakukan dengan seksama agar tidak pecah. Bila pecah, maka cairan lem kanji akan membuat lengket organ-organ di dalam rongga perut. Kondisi ini sangat berbahaya karena bisa membuat usus saling menempel, dan kista semakin sulit diambil.
3.      Kista dermoid
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit. Teorinya, dermoid timbul dari sisa-sisa sel embrio yang terpental ke organ genital sewaktu yang bersangkutan masih dalam kandungan. Jadi kista ini merupakan bawaan sejak lahir dan bisa dialami pria atau wanita. Seperti halnya kista musinosum, penanganan kista dermoid memerlukan kehati-hatian karena bila “meletus” selain cairannya membuat lengket, isi cairan di dalamnya, seperti rambut, gigi atau tulang, bisa masuk ke perut sehingga menimbulkan sakit luar biasa.
4.      Kista endometriosis
Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk ke dalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya-tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid, tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak. Ia tumbuh di seluruh lapangan perut dan pelan-pelan menyebar ke hampir semua organ tubuh misalnya usus, paru, hati, mata, otak, kulit, otot rahim, tetapi tempat bersarang yang paling sering adalah indung telur. Bentuk indung telur yang terkena endometriosis akan mengembang dan bertambah besar saat haid datang.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi 2:
1.      Tumor nonnoeplastik
a.       Tumor akibat radang
b.      Tumor lain
c.       Kista folikel
Berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi namun tumbuh terus menjadi kista follikel atau dari beberapa follikel primer yang yang setelah tumbuh dibawah pengaruh estrogen membesar menjadi kista dengan diameter 1-1,5 cm.Tidak jarang ruangan follikel diisi cairan sehingga kista bertambah besar .Biasanya besarnya tidak melebihi sebesar jeruk / lemon .Cairan pada kista dapat mengandung estrogen sehingga dapat meyebabkan gangguan haid.Kista ini akan hilang spontan dalam 2 bulan
d.      Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albocans.Kadang kadang menjadi korpus persistens. Perdarahan didalamnya menyebabkan kista.Kista lutein dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis, menimbulkan gangguan haid seperti amenorrea dan perdarahan tidak teratur. pada bagian bawah perut dan ruptur. Penanganannya menunggu sampai kista hilang sendiri .Kadang dilakukan pengangkatan kista tanpa mengangkat ovarium.
e.        Kista lutein
Pada mola ,korio karsinoma dapat membesar dan menjadi kistik , kista bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju .Tumbuhnya kista disebabkan hormon korio gonadotropin meningkat .Jika mola dan Ca hilang maka kista mengecil spontan
f.       Kista inklusi germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium .Sering terdapat pada wanita lansia dengan diameter < 1 cm
g.       Kista Stein-Levental
Gejala: Infertilitas, amenorrhea,oligomenorrea sekunder dan gemuk hirsutisme tanpa maskulinisasi,ke 2 ovarium membesra ,pucat polikistikn dengan permukaan licin
Etiologi:Gangguan hormonal sehingga terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen Diagnosis: berdasarkan gejala,laparaskopi.Terapi: Klomifen Wedge Resction
2.      Tumor Neoplastik Jinak
a.  Kistik
1)      Kistoma Ovarii Simplek
Permukaan rata dan halus,bertangaki ,bilateral dan membesar mudah terjadi torsi.Terapi dengan pengangkatan kista denagn reseksi ovarium
2)      Kistadenoma Ovarii Serosum
Menurut Meyer kista berasal dari teratoma.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlekatan kista denga omentum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista secara in toto ,pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooferektomi tergantung besarnya kista.
Gambaran klinis: tumor lazimnya berbentuk multilokuler ,permukaan berbagala ,kira- kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat besar bisa unilateral bisa bilateral.Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada sel.Sel epitel yang terdapat dalanm satu lapisan mempunyai potensi untuk menjadi multilokuler.Jika terjadi robekan pada dinding kista maka sel epitel dapat menyebar pad peritoneum rongg perut sehingga dapat menyebabkan psedomiksosa peritonei. Penanganan: Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanya dilakukan salpingo ooferektomi.Pada waktu mengangkatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu setelah itu lakukan pemeriksaan histologik .Ovarium yang lain perlu diperiksa
3)      Kistadenoma Ovarii Musinosum
Menurut meyer asal tumor ini adalah dari teratoma dimana dalam pertumbuhannya elemem yang satu mengalahkan elemen yang lain..Angka kejadian Terbanyak ditemukan dengan tumor ovarium musinosum yang keduanya kira –kira 60 % dari tumor ovarium Dan kistadenoma ovarium kira kira 40 % dari dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.Tumor ini paling sering ditemukan pada usia antara 20-50 tahu dan jarang terjadi pada masa pubertas.
Gambaran klinik .Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler dengan permukaan berbagala.Kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang besar dan tidak ditemukan lagi ovarium yang normal.Biasanya unilateral dapat juga dijumpai bilateral.Kista menerima darah dari tangkai kadang-kadang dapat terjadi torsi. yang dapat mengakibatkan perdarahan dan perubahan degeneratif didaam kista yang memudahkan perlekatan kista dengan omentum ,usus-usus dan peritonium parietale. Pada pembukaan dinding kista agak tebal pada pembukaan terdapat cairan yang berwarna kuning coklat terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti stuktur kelenjer dan menjadi kista baru sehingga kista menjadi multilokuler.Jika terdapat robekan pada dinding kista maka jaringan kista dapat tersebar di permukaan peritoneum ronga perut dan pseudomiksosa peritoneum Penanganan : Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar dan sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanay dilkukan pengangkatan ovarium beserta saluran tuba ( salpingo ooferektomi ).Pada waktu pengangkatan sedapatnya dilakukan secara in toto tanpa pungsi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya psedomiksosa peritonei.Jikapaun harus melakukan pungsi mak tutup lubang pada tumor dengan rapi baru setelah itu tumor dikeluarkan Setelah itu perlu dilakukan pemeriksaan histologik dan ovarium yang lain perlu diperiksa.
4)      Kista endometrioid.
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel yang menyerupai epitel endometrium
5)      Kista dermoid
Merupakan kista jinak yang struktur ektodermal denagn diferensiasi sempurna seperti epitel kulit ,gigi,dan produk glandula sebasea.Angka kejadian 10 5 dari seluruh neoplasma kistik dan sering terjadi pada wanita mudadan dapat menjadi besar.Gambaran klinik : dinding kisat kelihatan putih keabuabuan dan agak tipis.Kalu dibelah biasanya nampak sat kista besar dengan ruangan kecil didalamnya.Tumor mengandung elemen ektodermal mesoderma dan ento dermal mak dapat ditemukan kulit rambut kelenjer sebasea ,gigi dll.Pada kista dermoid tedapat torsi bertangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.Ada pula kemungkinan terjadinya sobekan pada dinding kista Perubahan keganasan agak jarang dan yang tersering adalah karsinoma epidermoid.
b.  Solid
c.  Fibroma , Leiomioma,Fibroadenoma,Papiloma
Semua tumor pada adalah neoplasma.Potensi menjadi ganas berbeda pada masing masing jenis.Fibroma ovarium berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel masenkim yang multipoten. Frekwensi : 5 % dari neoplasma ovarium.Gambaran klinik :tumor ini dapat mencapai 2-30 cm dan berat mencapai 20 kg.dengan 90 % unilateral.Neoplasma ini terdiri dari jaringan ikat dengan sel ditengah jaringan kolagen . Terapi: ooferektomi
d.  Tumor Brenner
Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.Angka kejadian 0,5 % dari tumor ovarium.Gambaran klinik: besar tumor beraneka ragam.Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan berwarna kunin muda menyerupai fibroma.denagn kista kecil.Mikroskopik gambaran tmor sangat khas terdiri dari 2 elemen yakni sarang yang terdiri adri sel sel epitel yang dikelilingi ole jaringan ikat.
e.  Tumor sisa adrenal
Tumor ini sangat jarang terjadi tumor ini unilateral dan besranya bervariasi dari 0,5-16 cm
B.     ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita terdiri atas struktur eksternal dan internal
1.      Struktur/organ Eksternal
Organ eksterna/vulva mencakup dua jaringan lipatan tebal yang disebut labio mayora dab dua bibir yang lebih kecil, tersusun atas jaringan yang sangat halus yang disebut labio minora, yang terletak diantara labio mayora. Bagian atas dari labio minora bersatu, membentuk penutup persial dari klitoris, organ yang sangat sensitif yang terdiri dari jaringan yang erektil. Antara labio minora dibawah dan disebelah posterior klitoris, terdapat meatus urinarus, yang merupakan ostium eksternal yretra wanita dengan panjang sekitar 3 cm. Dibawah orifisum ini terdapat ostium yang lebih besar yaitu orifisum vagina atau introitus. Pada setiap sisi orifisum vagina terdapat kelenjar vestibular (bartholin’s), suatu struktur sebesar biji kacang yang mengalirkan sekresi mukusnya melalui duktus kecil. Ostium duktus terletak di dalam labio minora, di sebelah eksternal hymen. Jaringan antara genetalia eksternal dan anus adalah forset, dan semua jaringan yang membentuk genetalia eksternal wanita di sebut perineum.
2.      Struktur/organ Interna
Struktur internal terdiri atas vagina, uterus, ovarium, tuba uterus atau fallopi
a.       Vagina
Merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membran  mukosa dan terbentang dari depan kebelakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5 sampai 10 cm. Disebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra dan disebelah posterior vagina terletak rektum. Dinding anterior dan posterior vagina normalnya bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks mengelilingi serviks.
b.      Uterus
Organ muskular berbentuk buah pir, mempunyai panjang 7,5 cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindingnya mempunyai lebar sekitar 1,25 cm. Ukuran dari organ ini beragam tergantung pada partus dan abnormalitas uterus, seperti fibroid, suatu jenis tumor yang dapat merusak uterus, wanita nulipara ( wanita yang tidak menyelesaikan kehamilan sampai ketahap janin hidup ) biasanya mempunyai uterus yang lebih kecil dibanding wanita multipara ( wanita yang sudah  menyelesaikan dua atau lebih kehamilan sampai tahap janin hidup ).
Uterus mempunyai dua bagian serviks yang menonjol kedalam vagina dan bagian atas yang lebih besar yaitu fundus atau korpus, yang ditutupi secara posterior dan anterior oleh peritoneum. Uterus terletak di sebelah posterior kandung kemih dan dipertahankan posisinya dalam rongga pelvis oleh beberapa ligamen
c.       Ovarium
Terletak di belakang ligamentum latum, di belakang dan bawah tuba fallopi. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3 cm. Pada saat lahir ovarium mengandung ratusan sel-sel yang sangat kecil atau ova. Ovarium dan tuba fallopi disebut adneksa.
Pada saat pubertas (usia antara 12-14) ova mulai matang. Selama periode yang dikenal dengan fase folikular. Sebuah ovum membesar  seperti sejenis kista yang dikenal sebagai folikel graafian sampai ia mencapai permukaan ovarium, kemudian ruptur, ovum dikeluarkan kedalam  rongga peritoneal. Periode pelepasan  ovum matang ini disebut ovulasi
Ovarium memiliki tiga fungsi :
1.      Produksi ova
2.      Produksi ustrogen
3.      Produksi progesteron
C.    ETIOLOGI
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan atau memperberat tumor ovarium  :
1.      Faktor genetik
2.      Wanita yan menderita kanker payudara
3.      Riwayat kanker kolon
4.      Gangguan hormonal
5.      Diet tinggi lemak
6.      Merokok
7.      Minum alkohol
8.      Pengunaan bedak talk perineal
9.       Sosial ekonomi yang rendah
D.    PATOFISIOLOGI
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang  dapat merupakan perbesaran sederhana konstituen ovarium   normal, folikel graft atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitelium ovarium
Kista – kista di ovarium terdiri dari folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atrasia (degenerasi) . pada sindrom ovarium polikistik, ovarium utuh dan responsif terhadap FSH dan LH, tetapi tidak terjadi ovulasi. Kadar FSH di bawah normal sepanjang stadium folikular daur haid. Kadar LH lebih tinggi daripada normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdenegrasi membentuk kista.
E.     MANIFESTASI KLINIS
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita
Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:
1.      Perasaan sebah
2.       Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3.       Makan sedikit terasa cepat kenyang
4.       Sering kembung
5.      Nyeri sanggama
6.      Nafsu makan menurun
7.      Rasa penuh pada perut bagian bawah
8.      Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga tekanan pada dubur
9.      Gangguan menstuasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.
Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berta pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi

F.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:
1.      Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2.      Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
3.      Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
4.      Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting
5.      Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
6.      Peningkatan resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di payudara dan endometrium
G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran Radiologi
1.      USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
a)      Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
b)      Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong.
c)      Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini menunjukkan komponen yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
d)     Kista Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
e)      Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
2.       MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
3.      Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
4.      Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
5.       Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium  adalah ;
1.      Inflamasi Pelvic (PID)
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
2.      Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
3.      Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine.
4.      Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.
H.    PENATALAKSANAAN
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1.      Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi ganas.
2.      Saat  operasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut.
3.      Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
4.      Operasi tumor ganas diharapkan debulkingyaitu dengan pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cmdan lakukan TAH + Bil Os omentektomi
 Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor
v
 Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
5.      Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see. Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi kista fungsional
6.      Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo  ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan histerektomi.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri, ansietas, berkeringat malam
2.      Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada perengahan kerja
Tanda  : perubahan pada TD
3.      Integritas Ego
Gejala : faktor sterss (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misal : merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda  : menyangkal, menarik diri, marah
4.      Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada feses
Perubahan pada eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria atau serin berkemih
Tanda :    perubahan pada bising usus, distensi abdomen
5.      Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet ) anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan BB yang hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda  :  perubahan pada kelembaban/turgor kulit, udema
6.      Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
7.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misal,  ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
8.      Pernapasan
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan abses
9.      Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda :    demam, ruam kulit, ulserasi
10.  Seksualitas
Gejala : masalah seksual, misal : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multupel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11.  Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
12.  Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 5,4 hari serta memerlukan bantuan sementara untuk transportasi, pemeliharaan rumah

B.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali
Kriteria hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai
Intervensi :
1)      Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
R :mengidentifikasi lingkup masalah
2)      Atur posisi senyaman mungkin
R : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
3)      Pantau TTV
R : respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV terus-menerua memerlukan evaluasi lebih lanjut
4)      Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya tepi luka
R : perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi
5)      Berikan perawatan oral sering, lumasi bibir dan cuping hidung (bila ada selang NG), plester selang sehingga tidak ada tekanan pada cuping hidung
6)      Kolabarasi
a)      untuk pemberian terapi analgesik.
R : menghilangkan rasa nyeri
b)       Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
R : Merelaksasi otot – otot tubuh
2.      Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.
Kriteria hasil : klien bisa beristirahat
Intervensi :
1)      Kaji  dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
R : mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya )
2)      Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
R : Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya )
3)      Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
R : Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3.      Gangguan harga diri  berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai       anak
Tujuan : menerima situasi nyata
Kriteria hasil : menyatakan masalah dan menunjukkan  yang sehat untuk menghadapinya, menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi  :
1)      Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan  pasien dan orang terdekat. Diskusikan presepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan pola hidup khususnya
R : memberikan minat dan perhatian , dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
2)      Kaji stres emosi pasien
R : untuk mengetahui respon klien terhadap rasa takut akan tak mampu memenuhi peran reproduksi
3)      Berikan HE  atau informasi yang adekuat
R : memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi
4)      Identifikasi perilaku koping  positif sebelumnya
R : membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada  bagi pasien untuk di gunakan  dalam situasi saat  ini
5)      Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan  masalah seksualitas
R : meningkatkan saling berbagi keyakinan  atau nilai tentang subjek sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep
6)      Kaji perilaku menarik diri
R : mengidentifikasi tahap kehilangan atau  kebutuhan  intervensi
7)      Kolaborasi : rujuk ke konseling profesional sesuai kebutuhan
R : mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasaan kehilangan
4.      perubahan eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan  adanya  udema jaringan lokal dan paralisis saraf
Tujuan : komplikasi tercegah atau  minimal serta pola eliminasi kembali kekeadaan normal
Kriteria hasil : mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas
Intervensi :
1)      Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran  urine
R : mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (<100ml)
2)      palpasi kandung kemih
R : presepsi kandung kemih, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan retensi urine
3)      Berikan tindakan berkemih rutin
R : meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
4)      Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter
R : meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
5)      Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau
R : retensi urine, drainase vaginal dan kemungkinan adanya kateter intermitten/tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan perineal
6)      Kolaborasi :
a)      berikan pemasangan kateter bila diindikasikan
R : edema dan pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandung kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih
b)      dekompresi kandung kemih dengan perlahan
R : bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih sepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis meningkatkan penggumpulan vena
5.      resiko tinggi terhadap konstipasi atau diare berhubungan dengan bedah abdominal, melemahkan otot-otot abdominal
tujuan : tidak terjadi konstipasi atau diare
kriteria hasil : menunjukkan bunyi peristaltik usus dan mempertahankan pola eliminasi biasanya
intervensi :
1)      aukskultasi bisisng usus, perhatikan distensi abdomen, adanya mual/muntah
R : indikator adanya/perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi
2)      bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan
R : ambulasi dini untuk membantu marangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltik
3)      dorong pemasukan cairan adekuat
R : meningkatkan pelunakan feses, dapat memebantu merangsang peristaltik
4)      berikan rendam duduk
R : meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan
5)      kolaborasi
a)      Batasi pemasukan oral sesuai indikasi
R : mencegah mual/muntah sampai peristaltik kembali
b)      Perhatikan selang NG bila ada
R : mungkin dipasang pada pembedahan untuk dekompresi lambung
c)      Berikan cairan jernih/banyak dan dikembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi
R : bila peristaltik di mulai, pemasukan makanan dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal
d)     Berikan obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laktasif sesuai indikasi
R : meningkatkan pembentukan/pasase pelunak feses
6.      resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan  hipovolemia
tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
kriterii hasil : menunjukkan perfusi adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual dan bebas udema,
Intervensi :
1)      pantau tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji keluaran/karakteristik urine. Evaluasi perubahan mental
R : indikator keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya komplikasi
2)      inspeksi balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase. Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami perdarahan hebat
R : memperkirakan pembuluh darah besar untik sisi operasi dan/potensial perubahan mekanisme pembekuan
3)      ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan napas dalam
R : mencegah statis sekresi dan komplikasi pernapasan
4)      hindari posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki
R :  meninbulkan statis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan pengumpalan darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan trombus
5)      bantu dan instruksikan latihan kaki dan telapak dan ambulasi sesegera mungkin
R : gerakan meningkatkan sirkulasi dan mencegah kompliksi statis
6)      periksa tanda hormon, perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas atau keluhan nyeri dada tiba-tiba pada dispnea
R : mungkin indikasi terjadinya tromboflebitis/emboli paru
7)      kolaborasi
a)      Berikan cairan IV, produk darah sesuai indikasi
R : menggantikan kehilangan darah dan mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
b)       Pakaiakan stoking antiemboli
R : membantu aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko trombosis
c)      Bantu/dorong penggunaan spirometri
R : meningkatkan ekspansi paru/meminimalkan atelektasis.
7.      resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan  penurunan libido, penurunan kadar hormon dan  memendeknya kanal vaginal
tujuan : pemahaman mengenai perubahan anatomi/fungsi tubuh
Kriteria hasil : mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran seksual, hasrat seksual, pasanagan dengan orang terdekat
Intervensi :
1)      Identifikasi/mendengarkan pernyataan pasien atau orang terdekat
R : masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau ungkapan yang gamblang
2)      Kaji informasi pasien atau orang terdekat tentang anatomi /fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
R : menunjukkan kesalahan informasi/konsep yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Harapan negatif sehubungan dengan hasil yang buruk. Perubahan kadar hormon mempengaruhi libido/menurunkan kelunakan vagina
3)      Identifikasi faktor budaya/nilai dan adanya konflik
R : dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual
4)      Dorong pasien untuk berbagi pikiran/masalah dengan teman
R : komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian atau masalah dan meningjatjan diskusi dan resolusi
5)      Berikan solusi pemecahan masalah potensial. Contoh menundah koitus seksual saat kelelahan
R : membantu pasien kembali pada hasrat/kepuasan aktivitas seksual
6)      Diskusikan sensasi/ketidanyamanan fisik, perubahan pada respons seperti individual biasanya
R : nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilangan sensori dapat terjadi sehubungan dengan trauma bedah
7)      Kolaborasi : rujuk ke konselor/ahli seksual sesuai kebutuhan
R : mungkin dibutuhkan untuk tambahan untuk meningkatkan kepuasan hasil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar