KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (
Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran
sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare.
2002 : 1556 ).
Menurut Jacoeb, kista berarti kantong
abnormal yang berisi cairan abnormal diseluruh tubuh ( http:// www.
tabloid-nakita. com ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat
kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada
pemeriksaan fisik. ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas
maka yang dimasud dengan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi
cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat
menyebabkan keganasan.
kista dibagi berdasarkan isi :
1. Kista
serosum
Kista
ini berisi cairan bening yang bentuk dan warnanya seperti air perasan kunyit. Bila
bersarang di indung telur maka kista ini mudah pecah. Jenis kista ini sering
berubah menjadi penyakit ganas (disebut kanker) indung telur atau kanker
ovarium. Proses pembesaran kista serosum sangat dipengaruhi siklus haid karena
saat haid terjadilah penambahan jumlah cairan dalam indung telur. Hormon
estrogen yang meningkat saat kehamilan juga memicu pembesaran kista. “Umumnya
kista berbentuk seperti buah yang bertangkai. Bila kehamilan makin besar, maka
rahim yang membesar karena pertumbuhan janin akan mendesak kista itu.
Akibatnya, bisa saja tangkai kista terpuntir. Keadaan ini disebut torsi yang
merupakan kasus darurat karena penderita akan mengalami sakit yang sangat.
Untuk mencegah terjadinya torsi, begitu ditemukan pada kehamilan triwulan awal,
kista harus segera diangkat. Namun, pendeteksian kista serosum mesti akurat.
Secara sepintas bentuknya mirip badan kuning (korpus luteum), yaitu sisa sarang
sel telur yang memang ada saat kehamilan. “Jadi, bila dari pemantauan USG
(ultrasonografi) terlihat kantong besar di indung telur, tidak bisa langsung
diputuskan bahwa itu kista. Bisa saja ternyata korpus luteum yang memang
dibutuhkan pada saat kehamilan muda. Kalau korpus luteum yang disangka kista
ini diambil malah bisa terjadi keguguran.” Amannya, tunda tindakan pengangkatan
hingga kehamilan berusia 14 minggu. Saat itu korpus luteum sudah menghilang.
“Bila dengan pemeriksaan USG terlihat kantong itu masih ada, maka bisa
dipastikan kista. Kalau sudah begitu berarti harus segera diangkat.
2. Kista
musinosum
Kista
ini berisi cairan berupa lendir kental yang lengket. Bentuknya menyerupai ingus
tapi sifat pelekatannya mirip kanji. Sama seperti serosum, kista musinosum pun
akan membesar akibat adanya kehamilan. Oleh sebab itu, saat kista musinosum
terdeteksi harus segera diangkat. Penanganan kista musinosum pun mesti
dilakukan dengan seksama agar tidak pecah. Bila pecah, maka cairan lem kanji
akan membuat lengket organ-organ di dalam rongga perut. Kondisi ini sangat
berbahaya karena bisa membuat usus saling menempel, dan kista semakin sulit
diambil.
3. Kista
dermoid
Bentuk
cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tak hanya berupa cairan tapi
juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit.
Teorinya, dermoid timbul dari sisa-sisa sel embrio yang terpental ke organ
genital sewaktu yang bersangkutan masih dalam kandungan. Jadi kista ini
merupakan bawaan sejak lahir dan bisa dialami pria atau wanita. Seperti halnya
kista musinosum, penanganan kista dermoid memerlukan kehati-hatian karena bila “meletus”
selain cairannya membuat lengket, isi cairan di dalamnya, seperti rambut, gigi
atau tulang, bisa masuk ke perut sehingga menimbulkan sakit luar biasa.
4. Kista
endometriosis
Kista
ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya
bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani
sehingga kuman-kumannya masuk ke dalam selaput perut melalui saluran indung
telur. Infeksi tersebut melemahkan daya-tahan selaput perut, sehingga mudah
terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid.
Seperti diketahui, saat haid, tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim
ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang
sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan endometriosis. karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis
sering disebut kanker jinak. Ia tumbuh di seluruh lapangan perut dan
pelan-pelan menyebar ke hampir semua organ tubuh misalnya usus, paru, hati,
mata, otak, kulit, otot rahim, tetapi tempat bersarang yang paling sering
adalah indung telur. Bentuk indung telur yang terkena endometriosis akan
mengembang dan bertambah besar saat haid datang.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi
2:
1. Tumor
nonnoeplastik
a. Tumor
akibat radang
b. Tumor
lain
c. Kista
folikel
Berasal
dari folikel de graaf yang tidak berovulasi namun tumbuh terus menjadi kista
follikel atau dari beberapa follikel primer yang yang setelah tumbuh dibawah
pengaruh estrogen membesar menjadi kista dengan diameter 1-1,5 cm.Tidak jarang
ruangan follikel diisi cairan sehingga kista bertambah besar .Biasanya besarnya
tidak melebihi sebesar jeruk / lemon .Cairan pada kista dapat mengandung
estrogen sehingga dapat meyebabkan gangguan haid.Kista ini akan hilang spontan
dalam 2 bulan
d. Kista
korpus luteum
Dalam
keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albocans.Kadang kadang menjadi korpus persistens. Perdarahan didalamnya
menyebabkan kista.Kista lutein dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis,
menimbulkan gangguan haid seperti amenorrea dan perdarahan tidak teratur. pada
bagian bawah perut dan ruptur. Penanganannya menunggu sampai kista hilang
sendiri .Kadang dilakukan pengangkatan kista tanpa mengangkat ovarium.
e. Kista lutein
Pada
mola ,korio karsinoma dapat membesar dan menjadi kistik , kista bilateral dan
bisa menjadi sebesar tinju .Tumbuhnya kista disebabkan hormon korio
gonadotropin meningkat .Jika mola dan Ca hilang maka kista mengecil spontan
f. Kista
inklusi germinal
Terjadi
karena invaginasi dan isolasi bagian terkecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium .Sering terdapat pada wanita lansia dengan diameter < 1 cm
g. Kista Stein-Levental
Gejala:
Infertilitas, amenorrhea,oligomenorrea sekunder dan gemuk hirsutisme tanpa
maskulinisasi,ke 2 ovarium membesra ,pucat polikistikn dengan permukaan licin
Etiologi:Gangguan hormonal sehingga terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen Diagnosis: berdasarkan gejala,laparaskopi.Terapi: Klomifen Wedge Resction
Etiologi:Gangguan hormonal sehingga terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen Diagnosis: berdasarkan gejala,laparaskopi.Terapi: Klomifen Wedge Resction
2. Tumor
Neoplastik Jinak
a. Kistik
1) Kistoma
Ovarii Simplek
Permukaan
rata dan halus,bertangaki ,bilateral dan membesar mudah terjadi torsi.Terapi
dengan pengangkatan kista denagn reseksi ovarium
2) Kistadenoma
Ovarii Serosum
Menurut
Meyer kista berasal dari teratoma.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam
kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlekatan kista denga omentum.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista secara in toto ,pungsi terlebih
dahulu dengan atau tanpa salpingo ooferektomi tergantung besarnya kista.
Gambaran klinis: tumor lazimnya berbentuk multilokuler ,permukaan berbagala ,kira- kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat besar bisa unilateral bisa bilateral.Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada sel.Sel epitel yang terdapat dalanm satu lapisan mempunyai potensi untuk menjadi multilokuler.Jika terjadi robekan pada dinding kista maka sel epitel dapat menyebar pad peritoneum rongg perut sehingga dapat menyebabkan psedomiksosa peritonei. Penanganan: Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanya dilakukan salpingo ooferektomi.Pada waktu mengangkatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu setelah itu lakukan pemeriksaan histologik .Ovarium yang lain perlu diperiksa
Gambaran klinis: tumor lazimnya berbentuk multilokuler ,permukaan berbagala ,kira- kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat besar bisa unilateral bisa bilateral.Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada sel.Sel epitel yang terdapat dalanm satu lapisan mempunyai potensi untuk menjadi multilokuler.Jika terjadi robekan pada dinding kista maka sel epitel dapat menyebar pad peritoneum rongg perut sehingga dapat menyebabkan psedomiksosa peritonei. Penanganan: Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanya dilakukan salpingo ooferektomi.Pada waktu mengangkatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu setelah itu lakukan pemeriksaan histologik .Ovarium yang lain perlu diperiksa
3) Kistadenoma
Ovarii Musinosum
Menurut
meyer asal tumor ini adalah dari teratoma dimana dalam pertumbuhannya elemem
yang satu mengalahkan elemen yang lain..Angka kejadian Terbanyak ditemukan
dengan tumor ovarium musinosum yang keduanya kira –kira 60 % dari tumor ovarium
Dan kistadenoma ovarium kira kira 40 % dari dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium.Tumor ini paling sering ditemukan pada usia antara 20-50 tahu dan
jarang terjadi pada masa pubertas.
Gambaran klinik .Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler dengan permukaan berbagala.Kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang besar dan tidak ditemukan lagi ovarium yang normal.Biasanya unilateral dapat juga dijumpai bilateral.Kista menerima darah dari tangkai kadang-kadang dapat terjadi torsi. yang dapat mengakibatkan perdarahan dan perubahan degeneratif didaam kista yang memudahkan perlekatan kista dengan omentum ,usus-usus dan peritonium parietale. Pada pembukaan dinding kista agak tebal pada pembukaan terdapat cairan yang berwarna kuning coklat terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti stuktur kelenjer dan menjadi kista baru sehingga kista menjadi multilokuler.Jika terdapat robekan pada dinding kista maka jaringan kista dapat tersebar di permukaan peritoneum ronga perut dan pseudomiksosa peritoneum Penanganan : Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar dan sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanay dilkukan pengangkatan ovarium beserta saluran tuba ( salpingo ooferektomi ).Pada waktu pengangkatan sedapatnya dilakukan secara in toto tanpa pungsi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya psedomiksosa peritonei.Jikapaun harus melakukan pungsi mak tutup lubang pada tumor dengan rapi baru setelah itu tumor dikeluarkan Setelah itu perlu dilakukan pemeriksaan histologik dan ovarium yang lain perlu diperiksa.
Gambaran klinik .Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler dengan permukaan berbagala.Kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang besar dan tidak ditemukan lagi ovarium yang normal.Biasanya unilateral dapat juga dijumpai bilateral.Kista menerima darah dari tangkai kadang-kadang dapat terjadi torsi. yang dapat mengakibatkan perdarahan dan perubahan degeneratif didaam kista yang memudahkan perlekatan kista dengan omentum ,usus-usus dan peritonium parietale. Pada pembukaan dinding kista agak tebal pada pembukaan terdapat cairan yang berwarna kuning coklat terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti stuktur kelenjer dan menjadi kista baru sehingga kista menjadi multilokuler.Jika terdapat robekan pada dinding kista maka jaringan kista dapat tersebar di permukaan peritoneum ronga perut dan pseudomiksosa peritoneum Penanganan : Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar dan sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanay dilkukan pengangkatan ovarium beserta saluran tuba ( salpingo ooferektomi ).Pada waktu pengangkatan sedapatnya dilakukan secara in toto tanpa pungsi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya psedomiksosa peritonei.Jikapaun harus melakukan pungsi mak tutup lubang pada tumor dengan rapi baru setelah itu tumor dikeluarkan Setelah itu perlu dilakukan pemeriksaan histologik dan ovarium yang lain perlu diperiksa.
4) Kista
endometrioid.
Kista
ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel yang menyerupai epitel endometrium
5) Kista
dermoid
Merupakan kista jinak yang struktur ektodermal
denagn diferensiasi sempurna seperti epitel kulit ,gigi,dan produk glandula
sebasea.Angka kejadian 10 5 dari seluruh neoplasma kistik dan sering terjadi
pada wanita mudadan dapat menjadi besar.Gambaran klinik : dinding kisat
kelihatan putih keabuabuan dan agak tipis.Kalu dibelah biasanya nampak sat
kista besar dengan ruangan kecil didalamnya.Tumor mengandung elemen ektodermal mesoderma
dan ento dermal mak dapat ditemukan kulit rambut kelenjer sebasea ,gigi
dll.Pada kista dermoid tedapat torsi bertangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah.Ada pula kemungkinan terjadinya sobekan pada dinding kista
Perubahan keganasan agak jarang dan yang tersering adalah karsinoma epidermoid.
b. Solid
c. Fibroma , Leiomioma,Fibroadenoma,Papiloma
Semua
tumor pada adalah neoplasma.Potensi menjadi ganas berbeda pada masing masing
jenis.Fibroma ovarium berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari
beberapa sel masenkim yang multipoten. Frekwensi : 5 % dari neoplasma
ovarium.Gambaran klinik :tumor ini dapat mencapai 2-30 cm dan berat mencapai 20
kg.dengan 90 % unilateral.Neoplasma ini terdiri dari jaringan ikat dengan sel ditengah
jaringan kolagen . Terapi: ooferektomi
d. Tumor Brenner
Satu
neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau
sesudah menopause.Angka kejadian 0,5 % dari tumor ovarium.Gambaran klinik:
besar tumor beraneka ragam.Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan
berwarna kunin muda menyerupai fibroma.denagn kista kecil.Mikroskopik gambaran
tmor sangat khas terdiri dari 2 elemen yakni sarang yang terdiri adri sel sel
epitel yang dikelilingi ole jaringan ikat.
e. Tumor sisa adrenal
Tumor
ini sangat jarang terjadi tumor ini unilateral dan besranya bervariasi dari
0,5-16 cm
B. ANATOMI
FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita terdiri atas
struktur eksternal dan internal
1.
Struktur/organ
Eksternal
Organ
eksterna/vulva mencakup dua jaringan lipatan tebal yang disebut labio mayora
dab dua bibir yang lebih kecil, tersusun atas jaringan yang sangat halus yang
disebut labio minora, yang terletak diantara labio mayora. Bagian atas dari
labio minora bersatu, membentuk penutup persial dari klitoris, organ yang
sangat sensitif yang terdiri dari jaringan yang erektil. Antara labio minora
dibawah dan disebelah posterior klitoris, terdapat meatus urinarus, yang
merupakan ostium eksternal yretra wanita dengan panjang sekitar 3 cm. Dibawah
orifisum ini terdapat ostium yang lebih besar yaitu orifisum vagina atau
introitus. Pada setiap sisi orifisum vagina terdapat kelenjar vestibular
(bartholin’s), suatu struktur sebesar biji kacang yang mengalirkan sekresi
mukusnya melalui duktus kecil. Ostium duktus terletak di dalam labio minora, di
sebelah eksternal hymen. Jaringan antara genetalia eksternal dan anus adalah
forset, dan semua jaringan yang membentuk genetalia eksternal wanita di sebut
perineum.
2.
Struktur/organ
Interna
Struktur internal terdiri atas vagina,
uterus, ovarium, tuba uterus atau fallopi
a.
Vagina
Merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh
membran mukosa dan terbentang dari depan
kebelakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5 sampai 10 cm. Disebelah
anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra dan disebelah posterior vagina
terletak rektum. Dinding anterior dan posterior vagina normalnya bersentuhan
satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks mengelilingi serviks.
b.
Uterus
Organ muskular berbentuk buah pir, mempunyai
panjang 7,5 cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindingnya mempunyai lebar
sekitar 1,25 cm. Ukuran dari organ ini beragam tergantung pada partus dan
abnormalitas uterus, seperti fibroid, suatu jenis tumor yang dapat merusak
uterus, wanita nulipara ( wanita yang tidak menyelesaikan kehamilan sampai
ketahap janin hidup ) biasanya mempunyai uterus yang lebih kecil dibanding
wanita multipara ( wanita yang sudah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan sampai tahap janin hidup ).
Uterus mempunyai dua bagian serviks yang
menonjol kedalam vagina dan bagian atas yang lebih besar yaitu fundus atau
korpus, yang ditutupi secara posterior dan anterior oleh peritoneum. Uterus
terletak di sebelah posterior kandung kemih dan dipertahankan posisinya dalam
rongga pelvis oleh beberapa ligamen
c.
Ovarium
Terletak di belakang ligamentum latum,
di belakang dan bawah tuba fallopi. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai
panjang 3 cm. Pada saat lahir ovarium mengandung ratusan sel-sel yang sangat
kecil atau ova. Ovarium dan tuba fallopi disebut adneksa.
Pada saat pubertas (usia antara 12-14)
ova mulai matang. Selama periode yang dikenal dengan fase folikular. Sebuah
ovum membesar seperti sejenis kista yang
dikenal sebagai folikel graafian sampai ia mencapai permukaan ovarium, kemudian
ruptur, ovum dikeluarkan kedalam rongga
peritoneal. Periode pelepasan ovum
matang ini disebut ovulasi
Ovarium memiliki tiga fungsi :
1.
Produksi
ova
2.
Produksi
ustrogen
3.
Produksi
progesteron
C. ETIOLOGI
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista
Ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya
gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik
ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab
terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Belum diketahui
secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan atau memperberat tumor
ovarium :
1. Faktor genetik
2. Wanita yan menderita kanker payudara
3. Riwayat kanker kolon
4. Gangguan hormonal
5. Diet tinggi lemak
6. Merokok
7. Minum alkohol
8. Pengunaan bedak talk perineal
9. Sosial ekonomi yang rendah
D. PATOFISIOLOGI
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi
kista, yang dapat merupakan perbesaran
sederhana konstituen ovarium normal,
folikel graft atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epitelium ovarium
Kista – kista di ovarium terdiri dari
folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atrasia (degenerasi) . pada
sindrom ovarium polikistik, ovarium utuh dan responsif terhadap FSH dan LH,
tetapi tidak terjadi ovulasi. Kadar FSH di bawah normal sepanjang stadium
folikular daur haid. Kadar LH lebih tinggi daripada normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi
berdenegrasi membentuk kista.
E. MANIFESTASI
KLINIS
Letak
tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi
besar tanpa disadari oleh penderita
Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:
Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:
1.
Perasaan sebah
2.
Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3.
Makan sedikit terasa cepat kenyang
4.
Sering kembung
5.
Nyeri sanggama
6.
Nafsu makan menurun
7.
Rasa penuh pada perut
bagian bawah
8.
Gangguan miksi karena
adanya tekanan pada kandung kemih dan juga tekanan pada dubur
9.
Gangguan menstuasi.Pada
umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri
mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan
hipermenorrea.
Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam
perut bisa menyebabkan pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista
yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga
dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista
besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa
berta pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat
terjadi
F. KOMPLIKASI
Komplikasi
yang dapat terjadi pada kista ovarium:
1.
Perdarahan ke dalam
kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan
tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2.
Torsio. Putaran tangkai
dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih. Putaran
tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat
total.
3.
Kista ovarium yang
besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat menekan vesica
urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
secara sempurna.
4.
Massa kista ovarium
berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan untuk berubah
menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic
menjadi penting
5.
Infertilitas
akibat tidak adanya ovulasi
6.
Peningkatan
resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di payudara dan
endometrium
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Gambaran
Radiologi
1. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
a)
Transabdominal Sonogram
Transabdominal
ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography untuk
mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti
ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan
dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
b)
Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan
ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
c)
Kista Dermoid
Gambaran
USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini menunjukkan komponen
yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
d)
Kista Endometriosis
Menunjukkan
karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang memberikan
gambaran yang padat.
e)
Polikistik Ovarium
Menunjukkan
jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
2. MRI
Gambaran
MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan,
serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat
pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu
dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus.
USG
dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor
pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
3. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
4. Foto
Rontgen
Pemeriksaan
ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
5. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari
gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista
ovarium adalah ;
1.
Inflamasi Pelvic (PID)
Pada
pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran
ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
2. Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
3.
Kehamilan Ektopik
Pada
pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan
dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan
intrauterine.
4.
Kanker ovarium
Pada
pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.
H. PENATALAKSANAAN
Adapun
prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1.
Operasi untuk mengambil
tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi ganas.
2.
Saat operasi dapat didahului dengan frozen section
untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut.
3.
Hasil operasi harus
dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan
untuk menentukan terapi
4.
Operasi tumor ganas
diharapkan debulkingyaitu dengan pengambilan jaringan tumor sebanyak
mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cmdan lakukan
TAH + Bil Os omentektomi
Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumorv
Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumorv
Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
5.
Untuk penanganan tumor nonneoblastik
diambil sikap wait and see. Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais
teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis cairan maka
dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn
memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan untuk
terpi kista fungsional
6.
Pembedahan dilakukan
jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka
dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada komplikasi maka
dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan
.Jika terdapat keganasan aka dilakukan histerektomi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Aktivitas/Istirahat
Gejala :
kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri,
ansietas, berkeringat malam
2.
Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada
perengahan kerja
Tanda
: perubahan pada TD
3.
Integritas
Ego
Gejala : faktor
sterss (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misal
: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spritual), menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda : menyangkal, menarik diri, marah
4.
Eliminasi
Gejala :
perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada feses
Perubahan pada eliminasi urinarius.
Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria atau serin
berkemih
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi
abdomen
5.
Makanan/cairan
Gejala :
kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet
) anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan BB
yang hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda
: perubahan pada
kelembaban/turgor kulit, udema
6.
Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak
ada nyeri, atau derajat bervariasi, misal,
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit).
8.
Pernapasan
Gejala : merokok
(tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan abses
9.
Keamanan
Gejala :
pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
10. Seksualitas
Gejala : masalah
seksual, misal : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks
multupel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi sosial
Gejala :
ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran.
12. Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan
rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 5,4 hari serta
memerlukan bantuan sementara untuk transportasi, pemeliharaan rumah
B. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman (
Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan:
Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali
Kriteria
hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai
Intervensi
:
1) Kaji
tingkat dan intensitas nyeri.
R
:mengidentifikasi lingkup masalah
2) Atur
posisi senyaman mungkin
R
: Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
3) Pantau
TTV
R
: respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang
berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV
terus-menerua memerlukan evaluasi lebih lanjut
4) Kaji
insisi bedah, perhatikan edema, perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya
tepi luka
R
: perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi
dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi
5) Berikan
perawatan oral sering, lumasi bibir dan cuping hidung (bila ada selang NG),
plester selang sehingga tidak ada tekanan pada cuping hidung
6) Kolabarasi
a) untuk
pemberian terapi analgesik.
R
: menghilangkan rasa nyeri
b) Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
R
: Merelaksasi otot – otot tubuh
2. Gangguan
rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
dan penatalaksanaannya.
Tujuan
: Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.
Kriteria
hasil : klien bisa beristirahat
Intervensi
:
1) Kaji
dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
R
: mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya )
2) Berikan
penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
R
: Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang
keadaan dirinya )
3) Bina
hubungan yang terapeutik dengan klien.
R
: Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3.
Gangguan
harga diri berhubungan dengan
ketidakmampuan mempunyai anak
Tujuan : menerima situasi nyata
Kriteria hasil : menyatakan masalah dan
menunjukkan yang sehat untuk
menghadapinya, menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap
perubahan pada citra tubuh
Intervensi :
1)
Berikan
waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan
pasien dan orang terdekat. Diskusikan presepsi diri pasien sehubungan
dengan antisipasi perubahan dan pola hidup khususnya
R : memberikan minat dan perhatian , dan
memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
2)
Kaji
stres emosi pasien
R : untuk mengetahui respon klien
terhadap rasa takut akan tak mampu memenuhi peran reproduksi
3)
Berikan
HE atau informasi yang adekuat
R : memberikan kesempatan pada klien
untuk bertanya dan mengasimilasi informasi
4)
Identifikasi
perilaku koping positif sebelumnya
R : membantu dalam membuat kekuatan yang
telah ada bagi pasien untuk di
gunakan dalam situasi saat ini
5)
Berikan
lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
R : meningkatkan saling berbagi
keyakinan atau nilai tentang subjek
sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep
6)
Kaji
perilaku menarik diri
R : mengidentifikasi tahap kehilangan
atau kebutuhan intervensi
7)
Kolaborasi
: rujuk ke konseling profesional sesuai kebutuhan
R : mungkin memerlukan bantuan tambahan
untuk mengatasi perasaan kehilangan
4.
perubahan
eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan adanya
udema jaringan lokal dan paralisis saraf
Tujuan : komplikasi tercegah atau minimal serta pola eliminasi kembali
kekeadaan normal
Kriteria hasil : mengosongkan kandung
kemih secara teratur dan tuntas
Intervensi :
1)
Perhatikan
pola berkemih dan awasi keluaran urine
R : mengindikasikan retensi urine bila berkemih
dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (<100ml)
2)
palpasi
kandung kemih
R : presepsi kandung kemih, distensi
kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan retensi urine
3)
Berikan
tindakan berkemih rutin
R : meningkatkan relaksasi otot perineal
dan dapat mempermudah upaya berkemih
4)
Berikan
perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter
R : meningkatkan kebersihan menurunkan
resiko ISK asenden
5)
Kaji
karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau
R : retensi urine, drainase vaginal dan
kemungkinan adanya kateter intermitten/tak menetap meningkatkan resiko infeksi,
khususnya bila pasien mempunyai jahitan perineal
6)
Kolaborasi
:
a)
berikan
pemasangan kateter bila diindikasikan
R : edema dan pengaruh suplai saraf
dapat menyebabkan atoni kandung kemih/retensi kandung kemih memerlukan
dekompresi kandung kemih
b)
dekompresi
kandung kemih dengan perlahan
R : bila jumlah besar urine
terakumulasi, dekompresi kandung kemih sepat menghilangkan tekanan pembuluh
pelvis meningkatkan penggumpulan vena
5.
resiko
tinggi terhadap konstipasi atau diare berhubungan dengan bedah abdominal,
melemahkan otot-otot abdominal
tujuan : tidak terjadi konstipasi atau
diare
kriteria hasil : menunjukkan bunyi
peristaltik usus dan mempertahankan pola eliminasi biasanya
intervensi :
1)
aukskultasi
bisisng usus, perhatikan distensi abdomen, adanya mual/muntah
R : indikator adanya/perbaikan ileus,
mempengaruhi pilihan intervensi
2)
bantu
pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan
R : ambulasi dini untuk membantu
marangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltik
3)
dorong
pemasukan cairan adekuat
R : meningkatkan pelunakan feses, dapat
memebantu merangsang peristaltik
4)
berikan
rendam duduk
R : meningkatkan relaksasi otot,
meminimalkan ketidaknyamanan
5)
kolaborasi
a)
Batasi
pemasukan oral sesuai indikasi
R : mencegah mual/muntah sampai
peristaltik kembali
b)
Perhatikan
selang NG bila ada
R : mungkin dipasang pada pembedahan
untuk dekompresi lambung
c)
Berikan
cairan jernih/banyak dan dikembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi
R : bila peristaltik di mulai, pemasukan
makanan dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal
d)
Berikan
obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laktasif sesuai indikasi
R : meningkatkan pembentukan/pasase
pelunak feses
6.
resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi
jaringan
kriterii hasil : menunjukkan perfusi
adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi teraba, pengisian kapiler
baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual dan bebas udema,
Intervensi :
1)
pantau
tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji
keluaran/karakteristik urine. Evaluasi perubahan mental
R : indikator keadekuatan perfusi
sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya komplikasi
2)
inspeksi
balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase.
Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami
perdarahan hebat
R : memperkirakan pembuluh darah besar
untik sisi operasi dan/potensial perubahan mekanisme pembekuan
3)
ubah
posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan napas dalam
R : mencegah statis sekresi dan
komplikasi pernapasan
4)
hindari
posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki
R :
meninbulkan statis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan
pengumpalan darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan trombus
5)
bantu
dan instruksikan latihan kaki dan telapak dan ambulasi sesegera mungkin
R : gerakan meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kompliksi statis
6)
periksa
tanda hormon, perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas atau keluhan nyeri
dada tiba-tiba pada dispnea
R : mungkin indikasi terjadinya
tromboflebitis/emboli paru
7)
kolaborasi
a)
Berikan
cairan IV, produk darah sesuai indikasi
R : menggantikan kehilangan darah dan
mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
b)
Pakaiakan stoking antiemboli
R : membantu aliran balik vena,
menurunkan statis dan resiko trombosis
c)
Bantu/dorong
penggunaan spirometri
R : meningkatkan ekspansi
paru/meminimalkan atelektasis.
7.
resiko
tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido, penurunan kadar hormon
dan memendeknya kanal vaginal
tujuan : pemahaman mengenai perubahan
anatomi/fungsi tubuh
Kriteria hasil : mendiskusikan masalah
tentang gambaran diri, peran seksual, hasrat seksual, pasanagan dengan orang
terdekat
Intervensi :
1) Identifikasi/mendengarkan
pernyataan pasien atau orang terdekat
R
: masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau
ungkapan yang gamblang
2) Kaji
informasi pasien atau orang terdekat tentang anatomi /fungsi seksual dan
pengaruh prosedur pembedahan
R
: menunjukkan kesalahan informasi/konsep yang mempengaruhi pengambilan
keputusan. Harapan negatif sehubungan dengan hasil yang buruk. Perubahan kadar
hormon mempengaruhi libido/menurunkan kelunakan vagina
3) Identifikasi
faktor budaya/nilai dan adanya konflik
R
: dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual
4) Dorong
pasien untuk berbagi pikiran/masalah dengan teman
R
: komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian atau masalah dan
meningjatjan diskusi dan resolusi
5) Berikan
solusi pemecahan masalah potensial. Contoh menundah koitus seksual saat
kelelahan
R
: membantu pasien kembali pada hasrat/kepuasan aktivitas seksual
6) Diskusikan
sensasi/ketidanyamanan fisik, perubahan pada respons seperti individual
biasanya
R
: nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilangan sensori
dapat terjadi sehubungan dengan trauma bedah
7) Kolaborasi
: rujuk ke konselor/ahli seksual sesuai kebutuhan
R
: mungkin dibutuhkan untuk tambahan untuk meningkatkan kepuasan hasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar