bayi terkecil didunia berukuran setelapak tangan
Madeline yang lahir Juni 1989 sudah masuk sekolah lanjutan. Tak hanya itu, ia menjadi siswa kehormatan yang mahir bermain violin dan rollerblade. “Kemampuannya bertahan hidup tidaklah mengejutkan, yang mengundang decak kagum adalah perkembangannya,” kata Dr. Jonathan Muraskas dari Loyola University Hospital, Maywood, Illionis, yang merawat Madeline sejak lahir.
Belum jelas benar faktor apa yang membuat Madeline mampu bertahan. Namun, bayi prematur perempuan rata-rata berjuang lebih gigih ketimbang bayi prematur laki-laki. Secara umum, bayi lahir prematur biasanya banyak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Mereka menderita kebutaan atau gangguan mental. Madeline tak mengalami hambatan cukup besar. Ia menderita asma, dan tubuhnya sangat kecil dibandingkan anak-anak seusianya. Saat ini, beratnya hanya 30,5 kilogram, dengan tinggi 120 cm.
Setelah berusia 15 tahun, Ibu Madeline hamil melalui inseminasi buatan. Ketika itu usianya 36 tahun dan ia menderita pre-eklamsia. Eklamsia adalah penyakit yang muncul dalam kehamilan. Tanda-tandanya hanya diketahui dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium, seperti naiknya tekanan darah, penimbunan cairan dalam jaringan tubuh sehingga timbul pembengkakan di kaki, protein pada air kemih, dan kejang-kejang. Bedanya pada pre-eklamsia kejang belum muncul. Kondisi tersebut tentu saja membahayakan janin yang dikandung ibu Madeline, sehingga dokter memutuskan melakukan operasi Cesar 13 minggu sebelum waktu kelahiran. “Aku ingat, mendengar suara haluuus sekali, seperti suara anak kucing,” kata Robyn Leslie, sang ibu. “Kemudian aku tersadar, itu suara tangisan Madeline,” lanjutnya.
tahun-tahun kemudian, bayi perempuan itu tumbuh normal dan tak pernah dirawat di rumah sakit sampai usai 4 tahun ketika Madeline menderita pneumonia. Akibatnya, ia harus menunda masuk Taman Kanak-Kanak hingga setahun kemudian. Madeline yang sekarang tinggal di Chicago, minggu lalu kembali lagi ke Loyola Hospital merayakan ulangtahunnya ke 15. Ia bertemu para perawat dan dokter yang dulu merawatnya. Gadis kecil berambut pirang itu tersenyum berseri-seri memamerkan sederet giginya yang dipasangi kawat.
Sama seperti remaja lainnya, ia suka mendengarkan musik, chatting dengan teman-temannya melalui internet, pergi berkemah, naik kuda, bahkan banyak terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. “Madeline berhasil mengatasi semua kendala yang dihadapinya,” kata Leslie. “Ia bahkan ingin menuliskan kisah hidupnya.”Lantas bagaimana akhir kisah si bayi ajaib ini? “Kelak, dia ingin jadi ahli jiwa,” kata sang ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar