TIFUS ABDOMINALIS
TIFUS ABDOMINALIS
Pengertian
Tifus
abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Etiologi
Salmonella
typhi, basil gram negatif, bergerak dengan rambut, tidak berspra.
Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik),
antigen H (flagela) dan antigen Vi.
Patogenesis
Bakteri masuk
melaluin saluran cerna, dibutuhkan jumlah serratus ribu sampai satu
milyar untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagaian besar bakteri mati
oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk kedalam ileum
melalui mikrovili dan mencapai plak payeri, selanjutnya masuk kedalam
pembuluh darah (bakteremia). Pada tahap selanjutnya, s.typoii menuju
keorgan sistem retikoendotial.
Gejala klinis
Masa tunas 7-14
(rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak semangat.
Pada kasus khas biasa ditemukan gejala klinis
berupa demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Komplikasi
Pada tifus
abdo0minalis dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan usus, perforasi
usus, peritonitis, miningitis, kolesitis, ensefalopati, bronkopneumonia,
hepatis, dehidrasi, asidosis.
Diagnosis kerja
Dari anamnesis
dan pemeriksaan jasmani dapat dibuat diagnosis, observasi tifus
abdominalis.
Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Pemeriksaan
yang berguna untuk menyokong diagnosis
a. Pemeriksaan
darah tepi
Terdapat
gambar leukoperia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Mungkin
terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
b. Pemeriksaan
sumsum tulang
Teradapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES
dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis,
granulopoesis dan trombopoesis berkurang.
- Pemeriksaan
laboratorium untuk membuat diagnosis
a. Biakan
empedu
Basil
salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah penderita biasnya dalam
minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan
feses dan
mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama
Oleh karena itu pemeriksaan yang positif
dari contoh darah digunakan untuk menegakan diagnosis, sedangkan
pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturt-turut
digunakan untuk memnentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan
tidak menjadi pembawakman (karier).
b. Pemeriksaan
lidah
Dasar
pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspensi antigen salmonella typii. Pemeriksaan yang
positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan
serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi
yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi.
Untuk membuat
diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer
yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan kenaikan yang
progresif digunakan untuk membuat diagnosis.titer tersebut mencapai
puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Titer terhadap antigen
H tidak diperlukan untuk diagnosis.
Sebaliknya
titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:
1). Titer O dan H tinggi
karena terdapatnya aglutinin normal, karena infeksi basil coli patogen
dalam usus.
2). Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusar.
3). Terdapat infeksi
silang dengan Rickettesia (loeil felix).
4).
Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada
keadaan infeksi subklinis.
Diagnosis vanding
Parotifoid
A,B dan C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue, pneumonia lobaris.
Pengobatan
1. Isolasi
penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan
yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.
3. Istirahat
selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat
mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk
dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
4. Diet
makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak
banyak menimbulkan gas.
5. Obat
terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis
selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak
serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau
kortimoksazol.
6. Bila
terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
Prognosis
Prognosis
menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat
seperti:
1. Panas
tinggi (hipperpereksia) atau kontinua.
2. Kesadaran
menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.
3. Terdapat
komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis,
bronkopneumonia dll.
4. Keadaan
gizi penderita buruk.
oLeh :
Uswatun Hasanah
10111546
oLeh :
Uswatun Hasanah
10111546
Tidak ada komentar:
Posting Komentar