Sahabatku pUnkmore

Sahabatku pUnkmore
saHabat untuk sLamanya

Rabu, 30 November 2011

penyakit paru obstruksi menahun

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN (PPOM)

1.   Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Menahun /PPOM (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.
PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.
PPOM juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang dirurunkan.Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar 10-15% perokok menderita PPOM.Angka kematian karena emfisema dan bronkitis kronis pada perokok sigaret lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian karena PPOM pada bukan perokok. Sejalan dengan pertambahan usia, perokok sigaret akan mengalami penurunan fungsi paru-paru yang lebih cepat daripada bukan perokok. Semakin banyak sigaret yang dihisap, semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru-paru.

2.      Anatomi Fisiologi
1.      Hidung
Hidung merupakan saluran pernafasan teratas. Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing-masing rongga di bagian depan berhubungan ke luar melalui nares (lubang hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas faring (nasofaring). Didalam saluran pernafasan, rongga hidung berfungsi sebagai berikut :
a)                  Penyaringan (filtrasi
b)                  Penghangatan (heating),
c)                  Pelembaban (humidifikasi),
2.      Faring
Faring lebih dikenal dengan sebutan tenggorok atau kerongkongan. Terdiri atas :
a)                  Nasofaring , Nasofaring terletak tepat sebelah belakang rongga hidung, di bawah dasar tengkorak, dan di sebelah depan vertebrae servikalis ke 1 dan ke 2. Nasofaring bagian depan ke luar ke rongga hidung dan bagian bawah ke luar ke orofaring. Auditorius (Tuba Eustakhia) bermuara pada nasofaring. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan pada kedua sisi membran timpani.
b)                  Orofaring, Orofaring merupakan saluran penghubung ke sistem pencernaan dan sistem pernafasan, karena makanan masuk kedalamnya dari nasofaring dan paru-paru.
c)                  Laringofaring, merupakan bagian dari faring yang tepat di belakang laring, dan dengan ujung bawah esofagus. Pada daerah laringofaring bertemu sistem  pernafasan dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior ke dalam laring, dan makanan lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel.

3.      Laring
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, terbenam dalam kulit, kelenjar tiroid dan beberapa otot kecil, serta pada bagian depan laringofaringeus dan bagian atas esofagus. Laring bukan hanya berfungsi sebagai jalan udara dari faring ke saluran nafas lainnya,  namun juga menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai untuk berbicara dan bernyanyi.
Laring merupakan struktur yang lengkap, yaitu meliputi :
a)                  Kartilago
b)                  Membran
c)                  Pita suara
d)                 otot
4.      Trakhea
Trakhea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10 –12 cm, terletak di bagian depan esofagus, dari mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebrae torakal IV atau V. Trakhea bercabang menjadi bronchus kiri dan kanan.
5.      Bronkhus
Trakhea bercabang menjadi bronchus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkhus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibandingkan dg bronchus kiri. Bronchus dibagi ke dalam 5 bronchus sekunder (Lobus). Masing-masing lobus dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik.
Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.
6.      Bronkhiolus
Bronkhiolus merupakan percabangan yang ukuran salurannya telah mengecil sampai berdiameter 1 mm dan turut dalam menyusun lobulus paru. Bronchiolus memasuki lobulus pada bagian puncaknya, bercabang-cabang lagi membentuk 4 – 7 bronchiolus terminalis, dan masing-masing bercabang lagi menjadi 2 bronchiolus respiratorius. Bagian ini bercabang lagi lebih dari 3 x duktus alveolaris, yang lebih lanjut dapat bercabang 2 sebelum menjadi sakus alveolaris dan alveoli. Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronchus respiratorius sampai alveoli
7.      Alveolus
Duktus alveolus merupakan cabang dari bronchus respiratorius. Alveolus adalah unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Setiap paru mengandung ± 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi kapiler darah. Alveoli berkelompok mirip buah anggur dan menyediakan permukaan yang amat luas bagi pertukaran gas, yaitu 60 – 70 mm2. Duktus alveolus merupakan cabang dari bronchus respiratorius. Alveolus adalah unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Setiap paru mengandung ± 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi kapiler darah. Alveoli berkelompok mirip buah anggur dan menyediakan permukaan yang amat luas bagi pertukaran gas, yaitu 60 – 70 mm2.
8.      Paru – paru
Paru-paru terdiri dari 2 belahan yaitu kiri dan kanan. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura ke dalam tiga lobus : lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura kedalam dua lobus; lobus pulmo sinistra superior dan lobus inferior

3.      Etiologi
            penyebab dari penyumbatan aliran udara pada penyakit ini, yaitu emfisema dan bronkitis kronis.
Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru, yang disertai dengan kerusakan pada dindingnya. Dalam keadaan normal, sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil (bronkioli), membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka. Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli kehilangan struktur penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut. Struktur saluran udara menyempit dan sifatnya menetap.
Bronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan pembentukan dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara medis diketahui (misalnya kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi pembentukan jaringan parut, pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial oleh lendir dan kejang pada otot polosnya. Penyempitan ini bersifat sementara. Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan pada alveoli. Jika suatu peradangan berlangsung lama, bisa terjadi kerusakan yang menetap.
Pada alveoli yang meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akan menghasilkan enzim-enzim (terutama neutrofil elastase), yang akan merusak jaringan penghubung di dalam dinding alveoli. Merokok akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada pertahanan paru-paru, yaitu dengan cara merusak sel-sel seperti rambut (silia) yang secara normal membawa lendir ke mulut dan membantu mengeluarkan bahan-bahan beracun. Tubuh menghasilkan protein alfa-1-antitripsin, yang memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil estalase. Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi, dimana seseorang tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema terjadi pada awal usia pertengahan (terutama pada perokok).

4.      Gejala
gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.

5.      Diagnosa
Pada PPOM yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Suara pernafasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras.
Biasanya foto dada juga normal.
Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas dalam 1 detik dengan menggunakan spirometri. Pada penderita PPOM akan terjadi penurunan aliran udara selama penghembusan nafas.
Jika PPOM terjadi pada usia muda, dicurigai adanya kekurangan alfa-1-antitripsin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar afa-1-antitripsin dalam darah.

6.      Pengobatan
Karena merokok sigaret merupakan penyebab paling penting dari PPOM, maka pengobatan utama adalah berhenti merokok. Menghentikan kebiasaan merokok pada saat penyumbatan airan udara masih ringan atau sedang, akan memperlambat timbulnya sesak nafas. Tetapi, berhenti merokok pada stadium manapun dari penyakit ini, pasti akan memberikan banyak keuntungan.
Penderita juga harus mencoba untuk menghindari pemaparan terhadap bahan iritan lainnnya di udara.
Unsur-unsur dari penyumbatan aliran udara yang bisa diperbaiki adalah kejang otot, peradangan dan peningkatan jumlah lendir. Perbaikan dari unsur-unsur tersebut akan mengurangi gejala-gejala. Kejang otot bisa dikurangi dengan memberikan bronkodilator, termasuk agonis reseptor beta-adrenergik (albuterol inhaler) dan theophylline per-oral (melalui mulut) yang diserap lambat. Peradangan bisa dikurangi dengan memberikan corticosteroid, tetapi hanya 20% penderita yang memberikan respon terhadap corticosteroid.
Tidak ada pengobatan terpercaya yang dapat mengurangi kekentalan lendir sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk. Tetapi menghindari dehidrasi bisa mencegah pengentalan lendir. Minum cairan yang cukup untuk menjaga air kemih tetap encer dan bening. Pada PPOM yang berat, terapi pernafasan bisa membantu menghilangkan lendir di dada.
Terapi oksigen jangka panjang akan memperpanjang hidup penderita PPOM yang berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang sangat rendah.
Oksigen diberikan 12 jam/hari. Hal ini akan mengurangi kelebihan sel darah merah yang disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah, memperbaiki fungsi mental dan memperbaiki gagal jantung akibat PPOM. Terapi oksigen juga bisa memperbaiki sesak nafas selama beraktivitas.
Program latihan bisa dilakukan di rumah. Program ini bisa meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian penderita, menurunkan frekuensi dan lamanya perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kemampuan berlatih meskipun fungsi paru-parunya belum pulih sempurna.
Untuk melatih kaki bisa dilakukan latihan sepeda statis, naik-turun tangga dan berjalan.
Untuk melatih lengan bisa dilakukan latihan angkat beban.
Untuk penderita dengan kekurangan alfa-1-antitripsin yang berat, bisa diberikan protein pengganti melalui pemberian protein melalui infus setiap minggu.
Pencangkokan paru-paru bisa dilakukan pada penderita dibawah usia 50 tahun.
Pada penderita dengan emfisema yang berat, bisa dilakukan pembedahan yang disebut operasi reduksi volume paru-paru. Prosedurnya rumit dan penderita harus berhenti merokok setidaknya 6 bulan sebelum pembedahan dan menjalani program latihan intensif.
Pembedahan akan memperbaiki fungsi paru-paru dan kemampuan berlatih.
7.      Prognosis
30% penderita PPOM dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu 1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks(masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru(penyumbatan arteri yang menuju ke paru-paru).
Penderita PPOM juga memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya kanker paru.
8.      Pencegahan
            Jika penderita mengalami influenza atau pneumonia, PPOM akan semakin memburuk dengan jelas. Karena itu, penderita PPOM harus mendapatkan vaksinasi influenza setiap tahun dan vaksinasi pneumokokus setiap 6 tahun atau lebih.

oLeh :
Uswatun Hasanah
10111546

Tidak ada komentar:

Posting Komentar